Anak tukang sayur di Aceh Besar ini dapat beasiswa ke Amerika

(viva)

Lhokseumawe (KANALACEH.COM) – Meski ibunya hanya seorang tukang penjual sayur dan sudah tidak memiliki ayah, pemuda yang satu ini tetap berhasil mengukir prestasi. Ia menjadi satu dari 23 penerima beasiswa USAID PRESTASI, untuk melanjutkan studi pascasarjana di Amerika Serikat.

Aula Andika Fikrullah Al Balad, begitu nama pemuda yang tinggal di Lampasi Engking, Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar. Ayahnya menjadi salah seorang korban meninggal, saat konflik terjadi di Aceh beberapa tahun silam.

Tidak mudah bagi Aula, untuk mendapatkan beasiswa kuliah pascasarjana. Beasiswa USAID PRESTASI tersebut baru ia peroleh, setelah sebelumnya 53 kali gagal. Ia sudah mendaftar beasiswa ke berbagai program internasional, namun sayang selalu ditolak.

“Ketika tim dari USAID menelepon memberi tahu bahwa saya dinyatakan sebagai penerima beasiswa ke Amerika, saya tidak percaya. Saya terdiam seribu bahasa,“ kata Aula seperti dilansir laman VIVA.co.id, Kamis (10/5).

Kata Aula, sejak didirikan pada tahun 2007, program beasiswa USAID tersebut telah membantu ratusan pelajar dari Indonesia. Banyak alumni dari penerima program beasiswa tersebut yang berkarier di pemerintahan, industri, akademisi, dan menjadi pemimpin di komunitasnya.

Pemuda 24 tahun ini sangat akrab dengan penolakan. Tak terhitung, berapa kali ia hanya ditempatkan pada daftar tunggu atau cadangan kelulusan. Menanti dan berharap, seandainya saja salah satu dari penerima beasisiswa undur diri.

Sebelumnya, ia terdaftar sebagai penerima cadangan beasiswa Erasmus Mundus dengan tujuan Universitas Uppsala di Swedia. Kemudian, juga mendapat kesempatan wawancara untuk Proyek ALFABET Erasmus untuk belajar di universitas di Polandia. Tetapi, lagi-lagi gagal.

Berprestasi

Saat berusia 11 tahun, Aula harus rela berpisah dengan sang ayah untuk selamanya. Ayahnya, Ridhwan KrIs, meninggal dunia direnggut konflik. Sejak saat itu, Aula tumbuh dewasa bersama ibunya, Siti Sarimah, yang sejak dulu hanya menjadi seorang pedagang sayur.

“Saya masih teringat pesan almarhum ayah dulu, saya diminta belajar yang rajin, karena katanya hanya dengan pendidikan diri kita akan mulia. Jangan sampai keterbatasan ekonomi menghalangi diri untuk terdidik,” katanya.

Aula sangat akrab dengan prestasi. Ia menyelesaikan kuliahnya di Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) dengan beasiswa Bidikmisi. Tahun 2014, ia bahkan dinobatkan sebagai Raja Baca Aceh.

Selanjutnya, dia terpilih menjadi delegasi Aceh pada kegiatan Indonesia Youth Forum di Wakatobi Sulawesi Tenggara, peserta terpilih pada Paris Model United Nation, Mumbai Model United Nation, dan Entreprenuer Winter School di Hong Kong, dan sejumlah prestasi lainnya.

Tidak hanya berprestasi, Aula juga dikenal sebagai pemuda yang suka berorganisasi dan akrab dengan dunia kerelawanan. Aula tercatat sebagai sekretaris Pesantren Raudhatul Mubarakah. Selain itu, ia juga sebagai koordinator volunteer di Lembaga Swadaya Masyarakat Forum Bangun Aceh (FBA) serta aktif di Forum Lingkar Pena.

Saat ini, Aula berada di Jakarta berpartisipasi dalam program Pre Academic Training di Universitas Indonesia, Salemba. Ia sudah mendapat beberapa tawaran dari berbagai kampus di Amerika.

Ia memilih Lehigh University di Pennsylvania, untuk menyelesaikan pendidikannya pada program Master of Science in Instructional Technology. Aula mengatakan, akan mulai kuliah pada Agustus mendatang.

“Kadang kekalahan itu adalah hasil terbaik. Bereaksi terhadap masa sulit itu juga baik. Di titik terendah pun, kita harus menunjukkan kekuatan,” tulis Sir Alex Ferguson dalam bukunya.

Apa yang diucapkan Fergie tersebut, menggambarkan sosok Aula yang mempersembahkan kebahagiaan memperoleh beasiswa untuk ibunya yang berulang tahun pada 10 Mei 2018. [VIVA.co.id]

Related posts