Ini akibatnya jika anda terlalu banyak makan nasi

(KANALACEH.COM) – Nasi merupakan makanan pokok bagi kebanyakan masyarakat Indonesia. Bahkan ada ungkapan ‘belum makan kalau belum makan nasi’. Tapi terlalu banyak makan nasi juga sebenarnya tidak baik untuk kesehatan. Maka tak heran bila beberapa orang sekarang mulai beralih ke makanan pengganti nasi.

Selama ini nasi dikonsumsi karena merupakan sumber karbohidrat. Seperti yang diketahui, karbohidrat merupakan makronutrien yang dibutuhkan tubuh sebagai bahan bakar. Energi yang dihasilkan dari pembakaran karbohidrat dapat membantu kita melakukan berbagai aktivitas.

Akan tetapi, sumber karbohidrat bukan hanya nasi. Masih ada bahan makanan lain seperti kentang, ubi, singkong, jagung, dan sagu. Malah jumlah kandungan karbohidrat dalam makanan tersebut lebih mudah untuk diketahui.

“Kalau nasi susah untuk ditakar jumlah karbohidratnya. Kalau misalkan ubi atau kentang gampang karena ukurannya relatif sama,” ungkap seorang nutrisionis Alvin Hartanto seperti dilansir laman Okezone.com, Senin (15/10).

Menurutnya terlalu banyak makan nasi dapat memberikan beberapa dampak negatif. “Satu kalori surplus. Kalori itu energi, jadi kalau (tubuh) kita kebanyakan energi otomatis menjadi cadangan. Cadangan energi adalah lemak jadinya lemak di tubuh bertambah,” jelasnya.

Jumlah lemak yang bertambah otomatis menambah berat badan. Bila dibiarkan terus-menerus maka akan menyebabkan obesitas. Sama halnya dengan diabetes. Seseorang biasanya terkena penyakit tersebut apabila mengonsumsi makanan dan minuman yang indeks glikemiknya tinggi. Nasi merupakan salah satu makanan yang indeks glikemiknya cukup tinggi.

“Akibat yang kedua kalau kebanyakan gula terus (dari nasi), lama-lama memicu diabetes. Di nasi itu ada gula,” tambah Alvin.

Akibat yang ketiga adalah membuat insulin menjadi cepat drop. Biasanya kondisi ini membuat seseorang menjadi cepat lelah dan lapar lagi. Sebagai contoh, saat makan kekenyangan biasanya kita akan jadi mengantuk. Atau dalam hitungan jam sudah merasa lapar lagi. Keduanya berkontribusi terhadap kelebihan berat badan.

“Sebenarnya masih ada lagi akibatnya. Tapi yang tiga itu paling sering terjadi,” pungkas Alvin. []

Related posts