Gaya hidup tak sehat dan stres bisa memicu KDRT

Ilustrasi. (Republika.co.id)

(KANALACEH.COM) – Akhir-akhir ini kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) semakin meroket, di antaranya kasus pembunuhan satu keluarga di Palembang yang belum ini terjadi. Psikolog Elizabeth T. Santoso mengungkapkan, maraknya kasus KDRT ini ditengarai dipicu oleh stres.

“Kasus kekerasan dalam keluarga itu dipicu awalnya dari ketidakbahagiaan hubungan istri dan suami. Itu stimulus awalnya. Sebenarnya, banyak trauma yang belum selesai dalam diri sendiri,” katanya di Jakarta, beberapa waktu lalau, seperti dikutip laman era.id, Minggu (4/11).

Penulis buku Raising Children in Digital Era ini memaparkan bahwa stres itu reaksi tubuh dan pikiran terhadap tantangan dan tuntutan sehari-hari. “Penyebab stres antara lain kondisi biologis. Misalnya, sakit atau kecelakaan. Kemudian, lingkungan, tinggal di lingkungan yang bising, berpolusi dan tidak sehat. Lalu, pola pikir, seperti apa yang diharapkan berbeda dengan realitas,” jelas Lizzie panggilan akrab Elizabeth.

Termasuk juga, sambungnya, perilaku negatif seperti gaya hidup tidak sehat, contohnya merokok, napza, alkohol, dan kurang aktivitas fisik. “Kondisi dan dinamika kehidupan juga menyebabkan stres, seperti perceraian, kematian, pemecatan, konflik dengan kolega dan pasangan,” ujarnya.

Berkaitan dengan kasus kekerasaan rumah tangga, lanjutnya, lebih banyak disebabkan oleh domestic affairs dan relationship. “Karena pasangan itu yang paling mengerti diri kita. Begitu ada sesuatu yang menusuk bisa menyebabkan stres, marah, hingga pembunuhan,” katanya.

Stres sendiri, ungkapnya, sudah dirasakan manusia sejak awal kehidupan. Dan tanpa disadari ada beberapa kondisi stres yang menyebabkan syok dan trauma. Misalnya, tertimpa bencana alam, korban pelecehan, kecelakaan, dan lain sebagainya.

Menurut dia, trauma menyebabkan reaksi yang intens, seperti ketakutan, kemarahan, kesedihan, ataupun rasa bersalah, bila tidak diintervensi akan berdampak panjang dan termanifestasi dengan munculnya gangguan fisik dan emosi.

Ia menyarankan agar orang sejak dini mengintervensi dengan melakukan pelepasan stres melalui kecerdasan tubuh yang disebut TRE. []

Related posts