4 filosofi mendalam di balik sepotong daging rendang

(KANALACEH.COM) – Dinobatkan sebagai hidangan peringkat pertama terlezat di seluruh dunia oleh CNN International tahun 2011, rendang cukup populer namanya saat ini sebagai makanan khas Indonesia yang wajib dicoba.

Dibalik kelezatan, nama besar dan merupakan salah satu makanan daerah yang paling mudah ditemui di mana pun, ternyata rendang sendiri tak sesederhana itu. Reandang memiliki filosofi yang mendalam di dalamnya.

Seperti disampaikan Andre Setiawan, Kepala Badan Penghubung Provinsi Sumatera Barat.

Dagiang (daging)

“Daging ini menggambarkan Niniak Mamak, yaitu orang yang dituakan di masyarakat Sumatera Barat,” kata Andre seperti dilansir laman VIVA.co.id, Sabtu (1/12).

Niniak Mamak merupakan pemimpin suku adat yang terdiri dari datuak-datuak kepala suku atau penghulu suku. Hal itu sama seperti daging yang merupakan unsur utama dan paling penting dalam rendang.

Karambia (kelapa)

Kelapa merupakan lambang dari Candiak Pandai atau kaum intelektual. Biasa disebut cerdik cendikia, mereka memiliki kecerdasan intelegensi, kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual.

Lado (cabai)

“Mewakiliki kalangan ulama yang tegas dan fokus dalam menegakkan syariat agama di masyarakat Sumatera Barat,” kata Andre menjelaskan.

Alim ulama mempunyai peran dan sangat dibutuhkan dalam kelangsungan hidup beragama masyarakat Minang untuk membina dan membimbing masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Pemasak (bumbu)

Bumbu adalah lambang dari seluruh masyarakat. “Mewakili seluruh unsur masyarakat yang menjadi perekat dari seluruh bahan,” ucap Andre.

Oleh sebab itu, masyarakat berfungsi menjalankan dan mempraktikkan aturan adat yang telah dibuat dan disepakati bersama oleh pemimpin-pemimpin adat

Fakta yang jarang diketahui publik tadi pun ingin dibagikan Pemprov Sumbar kepada masyarakat Indonesia dan dunia. Mereka juga ingin meluruskan beberapa hal yang salah kaprah di kehidupan masyarakat Indonesia.

“Kita ingin memunculkan bahwa rendang itu enak. Bukan hanya kuliner, tapi proses budaya yang bahkan kurang diketahui masyarakat. []

Related posts