Seberapa besar MI instan bisa sebabkan kanker ?

(KANALACEH.COM) – Mendengar kata kanker kolorektal, mungkin masih begitu asing di telinga kebanyakan masyarakat Indonesia. Secara mudahnya, kanker kolorektal merupakan kanker yang tumbuh pada usus besar alias kolon atau rektum.

Terdengar asing? Nyatanya kanker kolorektal sebagai salah satu jenis kanker yang paling sering ditemui. Data menyebutkan, berdasarkan GLOBOCAN 2018, kasus kanker kolorektal di Indonesia saat ini menempati urutan keempat setelah kanker payudara, serviks dan paru, dengan jumlah kasus baru yang mencapai angka 30.017.

Data di atas menjadi fakta yang mengerikan bukan? Maka dari itu, penting adanya untuk kita mengetahui sebetulnya makanan apa saja yang bisa memicu terjadinya kanker usus besar.

Mi instan disebutkan bisa memicu terjadinya kanker di usus besar ini, dengan catatan dikonsumsi dengan takaran berlebihan bukan hanya soal porsi tetapi juga soal jangka waktu konsumsi, seperti yang dijelaskan oleh Dr. Fajar Firsyada, Sp.B-KBD, Dokter Spesialis Bedah & Ahli Kanker Saluran Cerna (Digestive) dari Rumah Sakit Dharmais Jakarta.

“Secara waktu enggak ada cuma kita pahami bahan asing yang mengandung sifat karsigonik kalau kontak cukup lama dalam jumlah besar maka perubahan dari sel cerna itu khususnya lambung diolah dengan dalam kontak yang lama, maka terjadi perubahan sel akhirnya berubah jadi kanker. Itu butuh waktu berubah dari sel normal ke kanker,” ujar Dr. Fajar Firsyada, Sp.B-KBD seperti dilansir laman Okezone.com, Minggu (23/12).

Terkait soal konsumsi mi instan ini, selama ini mungkin sebagian orang menganggap mi instan akan setidaknya sedikit jauh lebih ‘sehat’ jika ditambahkan dengan sayur saat menyantapnya. Padahal hal ini tidaklah menjadi pembenaran, menjadikan mi instan yang dimakan akan jadi lebih sehat sehingga dapat mengurangi resiko memicu kanker kolorektal dibandingkan yang tidak memakai sayur.

“Harus liat berapa banyak sayur dan mi-nya itu sendiri. Kalau sayurnya cuma seupil, misal pakcoy atau sawinya itu bukan solusi. Solusinya adalah kita mesti mengerem makanan yang diawetkan atau yang bisa memicu kanker,” tambahnya.

Dokter Fajar Firsyada, Sp.B-KBD juga menjelaskan, sebetulnya tidak ada rentang waktu yang dikatakan tepat atau ideal untuk menyantap mi instan. Seperti yang selama ini banyak beredar, contohnya anggapan soal makan mi paling cepat punya rentang waktu selama tiga hari dari waktu makan mi pertama dengan waktu makan mi yang kedua.

“Kalau proses usus lambung itu dua kali 24 jam sudah hilang, cuma masalahnya kita bukan bicara barang yang ada di situ tapi zatnya yang terkumpul bukan berarti makanan itu nongkrong terus di lambung,” katanya.

Ia melanjutkan, zat yang ada dalam makanan yang memicu bersifat karsigenik yang memicu perubahan sel. Soal waktu tiga hari saat ini belum ada penelitian makan mi yang aman berapa hari, tapi sangat disarankan jangan terlalu sering makan mi dan jangan terlalu banyak.

“Tapi di satu sisi kita enggak bisa menuduh mi jadi penyebab kanker, cuma berdasarkan ilmu makan makanan yang diawetkan terjadi risiko kanker di saluran cerna mulai dari lambung, sampai usus menjadi lebih besar,” tegas Dr. Fajar Firsyada, Sp.B-KBD. []

Related posts