Anggota DPR RI Bicara Literasi Kebangsaan di Banda Aceh

Muslim Ayub. (Foto:kabar3.com)

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Forum Aceh Menulis (FAMe) mengadakan seminar Literasi Kebangsaan yang dikemas dalam tajuk “Mengokohkan Indonesia dengan Empat Pilar Kebangsaan”.

Seminar ini diisi oleh dua narasumber, yaitu anggota DPR RI asal Aceh Muslim Ayub dan Pembina FAMe Yarmen Dinamika, di Aula Kearsipan dan Perpustakaan Aceh pada pukul 09.00-12.30 WIB, Sabtu (13/4).

Ketua Panitia Pelaksana, Hayatullah Pase mengatakan, sejak berdiri pada pertengahan 2017 lalu, FAMe konsisten mengadakan kelas mingguan tentang literasi yang dikemas dengan berbagai topik dan disesuaikan dengan kondisi kekinian.

Pada tahun politik ini, kata Hayatullah, banyak terjadinya gesekan-gesekan di masyarakat akibat perbedaan pilihan politik, padahal sebagai masyarakat Indonesia yang majemuk, sudah sepatutnya tetap mengedepankan nilai-nilai atau semangat Bhineka Tunggal Ika.

“Secara khusus kita punya empat pilar kebangsaan yang diharapkan menjadi perekat sesama anak bangsa, yaitu yaitu Pilar Pancasila, Pilar Undang-Undang Dasar 1945, Pilar Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pilar Bhinneka Tunggal Ika,” kata Hayatullah melalui siaran persnya kepada Kanalaceh.com, Jumat (12/4).

“Dalam konteks ini, literasi memiliki andil besar dalam mencerdaskan masyarakat, dan kecerdasan tersebut akan membuat masyarakat tidak lagi memikirkan tentang perbedaan-perbedaan,” ujarnya.

Semangat itulah yang harus terus disuarakan khususnya oleh generasi muda Indonesia. Meskipun dunia terus bergerak menuju tatanam sistem yang modern, tetap semangat yang terpatri di hati tetaplah semangat Indonesia.

Dalam kesempatan ini, anggota DPR RI dari Fraksi PAN, Muslim Ayub bakal bicara mengenai Empat Pilar Kebangsaan dan Politik Kontemporer. Sedangkan Yarmen Dinamika akan membahas tentang Literasi Kebangsaan dalam hubungan Aceh dengan Pusat.

“Literasi itu konteksnya sangat luas, tidak hanya berkaitan dengan aktivitas baca tulis saja. Menjadi warga negara yang berbudi pekerti luhur dan menghargai perbedaan juga bagian dari praktik literasi,” tutur Hayatullah.

Antusiasme peserta menurutnya cukup tinggi, hingga sore ini peserta terus mendaftar sementara kuota hanya dibatasi untuk 160 orang. [Randi/rel]

Related posts