TDMRC Unsyiah Paparkan Bahaya Kenaikan Air Laut di Pesisir Banda Aceh

(Foto:medanbisnis)

Banda Aceh (KANALACEH.COM) –  Tim Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) Unsyiah melakukan audiensi dengan Walikota Banda Aceh, Aminullah Usman, di Balai Kota, Jumat (12/4).

Audiensi ini bertujuan untuk menyampaikan beberapa temuan penting dari penelitian TDMRC, mengenai dampak kenaikan muka air laut akibat perubahan iklim wilayah pesisir Banda Aceh. Penelitian ini dilakukan sejak 2016-2019 yang didukung PEER-USAID.

Ketua TDMRC Unsyiah,  Khairul Munadi, mengatakan Banda Aceh memiliki topografi landai dengan elevasi kurang lebih 80 centimeter di atas permukaan laut. Hal ini menjadikan Banda Aceh rawan dengan bencana pesisir, seperti tsunami dan banjir rob.

TDMRC Unsyiah telah melakukan simulasi numerik, untuk memprediksi pengaruh kenaikan muka air laut terhadap potensi bencana tsunami. Dan banjir rob di Banda Aceh untuk jangka waktu 50 dan 100 tahun.

Dalam 50 tahun, muka air laut akan naik setinggi 35 centimeter, yang menyebabkan 3 persen atau 184 hektar wilayah Banda Aceh digenangi oleh banjir rob. Sementara dalam jangka 100 tahun, kenaikan muka air laut akan mencapai 70 centimeter.

“Dengan kenaikan sebesar ini, diprediksikan jika terjadi skenario gempa dan tsunami yang sama dengan Desember 2004, maka gelombang tsunami akan menjangkau hingga 4 kilometer ke daratan, memperluas wilayah genangan hingga 1,3 kali luas genangan pada 2004,” ujarnya.

Selain itu tambah Khairul, banjir rob juga akan menggenangi 11 persen wilayah kota atau seluas 675 hektar. Potensi ini dapat terjadi jikaperencanaan dan pembangunan Banda Aceh, terutama kawasan pesisir, tidak mempertimbangkan dampak kenaikan muka air laut akibat perubahan iklim yang semakin memburuk.

Untuk itu, TDMRC Unsyiah merekomendasikan Pemerintah Banda Aceh untuk menyusun dokumen rencana mitigasi bencana tsunami dan banjir rob yang dikombinasikan dengan kenaikan muka air laut.

Dokumen ini diharapkan untuk diterapkan bersama oleh lintas pemangku kepentingan, mulai dari instansi-instansi pemerintah, pihak swasta, lembaga-lembaga masyarakat, beserta seluruh masyarakat kota.

Selain itu, TDMRC juga menawarkan beberapa strategi penanggulangan tsunami dan banjir rob yang dikombinasikan dengan dampak kenaikan muka air laut ini.

Di antaranya adalah meninggikan jalan lingkar luar kota atau Banda Aceh Outer Ring Road (BORR) yang akan dibangun oleh Pemerintah Kota hingga ketinggian 5 meter di atas permukaan laut. Jalan yang ditinggikan ini nantinya diharapkan dapat menjadi tanggul untuk menahan genangan banjir rob dan memecah gelombang tsunami jika terjadi.

Pemerintah juga perlu membangun fasilitas-fasilitas evakuasi alternatif di wilayah pesisir, seperti wilayah Gampong Jawa dan Alue Naga. Fasilitas evakuasi ini dapat berupa bangunan berlantai 3 yang sudah ada, seperti ruko dan sekolah, yang diperkuat strukturnya dan diberi tangga langsung menuju atapnya. Atau dapat juga berupa bukit-bukit buatan yang dapat dibangun dengan material dari output sistem pengolahan sampah.

Pemaparan Tim TDMRC disambut baik oleh Aminullah Usman. Ia mengapresiasi penelitian yang dilaksanakan oleh TDMRC. Dia menekankan bahwa penelitian yang mempelajari risiko bencana jangka panjang penting sekali dilaksanakan untuk mendukung perencanaan pembangunan Kota Banda Aceh agar berketahanan terhadap bencana.

“Saya mendukung penuh upaya yang dilakukan TDMRC yang telah berpikir jauh ke depan. Saya harap TDMRC dapat terus berkoordinasi dengan segenap SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Banda Aceh agar informasi-informasi penting seperti ini dapat tersampaikan ke pihak pemerintah dan menjadi acuan perencanaan ke depan,” ujar Aminullah.

TDMRC sejauh ini telah bekerja sama dengan berbagai instansi pemerintah, termasuk Badan Penanggulanan Bencana Aceh (BPBA), BPBD Kota Banda Aceh, dan BAPPEDA Kota Banda Aceh, serta berbagai pihak stakeholder lain.  [Randi/rel]

Related posts