Kemenkes Siapkan RS Untuk Caleg yang Stres Usai Pemilu

Panwaslu Sabang larang pemasangan APK di luar tahapan kampanye
Ilustrasi - Bendera-bendera dan atribut kampanye dari berbagai partai politik di taman bundaran Simpang Lima, Banda Aceh, Rabu (19/3/2014). (Antara Foto)

Jakarta (KANALACEH.COM) – Usai pesta demokrasi kemarin, ada kemungkinan beberapa orang mengalami stres akibat gagal. Terkait hal tersebut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza, Kementerian Kesehatan RI, dr. Fidiansjah menjelaskan bahwa Kemenkes telah siap menangani hal itu.

Ia menjelaskan penyebab stres yang terjadi pada setiap individu tidak bisa diprediksi. Yang jelas, begitu daya tahannya rapuh, konsep dalam diri seseorang terjadi suatu gejolak antara cita-cita dan harapan, lalu realitas tak terpenuhi.

“Orang-orang yang rapuh menghadapi antara realitas dengan kenyataan bukan hanya pada pemilu. Tapi terjadi di semua kondisi. Untuk itu, prinsipnya di dalam penyeleksian pasti mengalami kemenangan atau kegagalan,” kata seperti dilansir laman VIVA.co.id, Kamis (18/4).

Fidi menambahkan, kesiapan menerima kenyataan karena tidak sesuai yang diharapkan harus bisa dilakukan. Ketika caleg mengatakan proses ingin menjadi calon, ada surat keterangan kesehatan termasuk kejiwaan.

Terjadinya stres pasca pemilu dianggapnya sebagai sebuah kejadian yang tidak biasa atau dianalogikan seperti bencana alam yang tidak dapat diprediksi. Artinya, kejadian tidak lazim termasuk stres pasca Pemilu sama dengan stres pasca bencana. Bencana itu tidak ada yang menduga, hal sama juga pada Pemilu.

“Ini sebuah situasi yang diketahui banyak pihak sebagai sesuatu seperti kejadian yang tidak biasa atau bencana. Proses ini (Pemilu) adalah proses persaingan dan gangguan jiwa itu bisa terjadi dari ringan sampai tingkat berat,” tuturnya.

Berapa banyak jumlah Caleg yang akan mengalami stres, dr. Fidi mengaku tidak bisa diprediksi. Namun, sektor kesehatan tetap siaga untuk melayani masalah-masalah yang berhubungan dengan kejiwaan pasca Pemilu ini.

Semua rumah sakit sudah diberikan arahan untuk betul-betul menyiapkan, bahkan mencoba untuk melakukan pengumpulan data berkaitan dengan gangguan jiwa.

“Ini situasi yang saya katakan pada dasarnya rumah sakit, seperti rumah sakit jiwa, siap dengan kejadian yang tidak biasa ini. Tapi, langsung melakukan sebuah penyesuaian, misalnya rumah sakit umum, Puskesmas, semuanya diberdayakan,” kata Fidi. []

Related posts