Aceh Peringkat Tiga Penyandang Stunting

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Kepala BKKBN Pusat, Hasto Wardoyo mengatakan, secara statistik Indonesia menjadi penyandang stunting dengan angka 30,8 persen dari sebelumnya 37,2 persen. Sedangkan standar World Health Organization (WHO) berada pada 20 persen.

Hal itu, kata Hasto, menyebabkan tingkat stunting di Indonesia dianggap cukup tinggi. Bahkan, Aceh berada pada posisi tiga secara nasional dengan penyandang stunting, mencapai 37,3 persen.

“Stunting adalah suatu kondisi yang ditandai ketika panjang atau tinggi badan anak kurang jika dibandingkan dengan umur. Atau mudahnya, stunting adalah kondisi di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan tubuhnya lebih pendek ketimbang teman-teman seusianya,” kata Hasto saat menjadi pembicara pada Seminar Nasional di Auditorium Ali Hasimy UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Rabu (9/10).

Hasto menyebutkan, tugas BKKBN antara lain mengatur tentang kependudukan, agar dapat memperhatikan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) untuk meningkatkan masyarakat yang unggul, selain itu, BKKBN juga harus bisa memperhatikan keluarga berencana dengan kesehatan reproduksi serta memperhatikan pembangunan keluarga.

Oleh sebab itu, kata kepala BKKBN Pusat, untuk meningkatkan SDM dan juga keluarga yang sejahtera, diperlukan pencegahan stunting, pencegahan ini juga dilihat dari kesehatan reproduksi. “Yang harus diperhatikan untuk mencetak generasi yang baik dan sehat yaitu kualitas bibit laki-laki,” ujarnya.

Menurutnya, angka stunting banyak terjadi pada remaja yang menikah di usia muda, bahkan yang lebih parah terjadi pada anak yang lahir dari kehamilan di luar nikah. Itulah sebabnya harus menjaga jarak dengan lawan jenis, untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, jika sampai terjadi kehamilan di luar nikah, maka dengan mudah stunting ini juga terjadi.

Hasto Wardoyo menambahkan, stunting tidak hanya menghambat perkembangan tubuh saja, juga sangat berpengaruh pada perkembangan otak anak. Kasus stunting selain dipengaruhi oleh kesehatan reproduksi, juga disebabkan pola asah, asuh dan asih dari orang tua.

“Kami mengajak kepada semua pihak untuk memahami tentang stunting, sehingga semua masyarakat dapat mencegah, kami menyampaikan apresiasi kepada UIN Ar-Raniry yang telah peduli terhadap kasus tersebut, pendampingan dapat dilakukan dengan berbagai program penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, yang merupakan tri dharma perguruan tinggi,” ujarnya. [Randi/rel]

Related posts