Mahasiswa Protes Pembangunan Pusat Kebudayaan Pak-Pak di Subulussalam

(ist)

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Massa mahasiswa yang mengatasnamakan Komunitas Penyelamat Sejarah Kebudayaan Suku Singkil menggelar aksi di bundaran Simpang Lima, Banda Aceh, Selasa (12/11).

Dalam aksi itu, mahasiswa meminta Pemerintah Kota Subulussalam untuk menghargai suku lokal yakni suku Singkil.

Mahasiswa juga melakukan aksi teatrikal. Menggunakan pakaian adat Singkil, mereka menampilkan tarian lokal dan minuman khas daerah tersebut.

Koordinator aksi, Hasmauddin menyebutkan, pemerintah Kota Subulussalam dalam beberapa waktu lalu mengedepankan suku Pak-pak, yang berasal dari Sumatera Utara dari pada suku lokal. Menurutnya, kondisi itu membuat masyarakat kota tersebut sakit hati.

Baca: Pusat Kebudayaan Pakpak Akan Dibangun di Kota Subulussalam

“Bukan kami tidak menerima suku Pak-pak, tetapi kami meminta dihargai di daerah kami sendiri,” kata Hasmauddin.

Menurut dia, persoalan makanan khas, baju adat suku Singkil yang tidak ditampilkan pada saat hari jadi Kota Subulussalam, pihaknya khawatir hal itu akan menimbulkan sinesme dan konflik antar sesama masyarakat Kota Subulussalam.

“Dalam event MTQ di Sigli beberapa waktu lalu, stand Kota Subulussalam tidak menciri khas rumah adat Kota Subulussalam, menurut kami ini suatu persoalan,” ujar Hasmauddin.

Selain itu, mahasiswa juga memprotes wacana pendirian Pusat Kebudayaan Pak-pak oleh sekelompok komunitas di Kota Subulussalam. Menurutnya, jika hal tersebut terjadi, maka penduduk asli kota tersebut merasa tersinggung.

“Pembangunan Pusat Kebudayaan Pak-pak itu juga mendapat dukungan dari beberapa anggota DPRK serta dukungan dari Wali Kota Subulussalam dengan menggelontorkan dana 250 juta,” tuturnya.

Meski Wali Kota Subulussalam, Affan Alfian Bintang disebut-sebuta berasal dari Suku Pak-pak, mahasiswa berharap ia dapat memposisikan diri secara profesional. Sehingga, suku lokal tidak dimarjinalkan.

“Kami berharap wali kota bersikap profesional, dan menjadi sahabat semua suku tanpa ada yang terkucilkan,” harap Hasmauddin.

Sebelumnya, Yayasan Pakpak Suak Boang Indonesia (YPBSI), berencana membangun Pusat Kebudayaan Pakpak di Desa Jontor, Kota Subulussalam. [Randi]

 

Related posts