Menimbang Kautsar Untuk Banda Aceh

Ilustrasi.

Kalau tahun 2017 Partai Demokrat salah langkah dan tidak percaya diri mengusung kader, analisa saya di Pilkada 2022 langkahnya pasti berbeda. Terpilihnya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) secara aklamasi sebagai ketua umum baru serta Nova Iriansyah yang akan tampil kembali dalam pilkada Gubernur Aceh dengan status sebagai incumbent menjadi variabel utama berubahnya langkah politik Partai Demokrat.

Sebagai ketum baru, AHY dituntut wajib menunjukkan prestasi. Mengingat posisi Partai Demokrat saat ini menjadi oposisi pemerintahan atau dengan kata lain tidak ada menteri dari Partai Demokrat yang kinerjanya bisa diklaim sebagai prestasi partai, maka opsi prestasi satu-satunya adalah dengan memenangkan sebanyak mungkin pilkada dengan mengusung kader internal partai.

Memenangkan pilkada tentu menjadi kemenangan-kemenangan kecil sebelum menghadapi pemilu dan pilpres 2024. Prestasi kemenangan pilkada otomatis meningkatkan minat masyarakat mendaftar sebagai kader dan bakal caleg. Prestasi kemenangan pilkada juga linier mendongkrak elektabilitas AHY sebagai bakal capres.

Kebijakan AHY mempercayakan Teuku Riefky Harsya sebagai Sekjen partai memberikan keuntungan tersendiri bagi elektabilitas Partai Demokrat di Aceh. Politisi yang sudah bercokol 3 periode di DPR RI itu terbukti punya basis pemilih loyal, terutama di Banda Aceh.

Siapapun kader Partai Demokrat yang akan diusung nantinya sebagai calon walikota diyakini akan memperoleh coattail effect dari Riefky. AHY akan turun menjadi juru kampanye di setiap daerah pemilihan sebagai upaya mendukung kader sekaligus sosialisasi diri untuk mendongkrak elektabilitas yang saat ini masih diposisi bawah. Membayangkan tampilnya AHY dan Riefky menjadi jurkam di panggung kampanye pilkada Banda Aceh, rasanya akan disambut dengan antusiasme pemilih dan diliput banyak media.

Begitupun dengan Nova. Sebagai Gubernur petahana sekaligus Ketua Partai Demokrat Aceh, Nova haruslah mengatur strategi yang adaptif dengan lanskap pilkada serentak. Salah satunya dengan memasang (kader) paslon kandidat bupati/walikota yang siap bekerja paralel untuk sukses pilkada. Nova tentu sudah melakukan evaluasi dari kebijakan salah langkah di pilkada Banda Aceh 2017.

Sebagai calon kandidat gubernur sekaligus ketua partai  Nova punya tanggung jawab politik sekaligus “beban” pembuktian. Tanggung jawab untuk memenangkan sebanyak mungkin pilkada kabupaten/kota dan pembuktian bisa berhasil menang tanpa “faktor Irwandi”.

Related posts