Jurnalis yang Aktif Dalam Konservasi Diberi Pelatihan Jurnalistik Investigasi

Jurnalis Aceh dan Sumut yang Aktif Dalam Konservasi Diberi Pelatihan Jurnalistik Investigasi. (Kanal Aceh/Fahzian Aldevan)

Langkat (KANALACEH.COM) – Sumatera Tropical Forest Journalism (SFTJ) dan Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Information Centre (YOSL-OIC) mengelar Pelatihan Jurnalistik Investigasi di Explore Sumatera River Camp Sei Bingai, Kabupaten Langkat, Senin (22/11).

Dalam pelatihan yang diikuti oleh para jurnalis di Sumatera Utara dan Aceh, baik televisi, cetak dan media online. Para jurnalis yang mengikuti pelatihan jurnalistik investigasi ini juga tergabung dalam komunitas penggiat dan peduli lingkungan hidup.

Pelatihan tersebut juga dihadiri oleh Founder YOSL-OIC Panut Hadisiswoyo, Founder STFJ Bambang Saswanda dan Direktur STFJ Rahmad Suryadi. Sebagai  narasumber dalam pelatihan tersebut menghadirkan dari Tempo, Mustafa Silalahi (Moses) dan Indra Jati dari Watchdoc.

Panut mengatakan, pelatihan jurnalistik investigasi ini sangat dibutuhkan dalam sebuah gerakan konservasi yang saat ini dihadapkan dengan berbagai persoalan.

“Dengan pelatihan jurnalistik investigasi ini kiranya membangun sebuah gerakan jurnalistik yang sistemik untuk  membangun sebuah upaya konservasi,” katanya.

Panut menegaskan, bila kondisi saat ini sangat genting hingga diperlukannya langkah serius dan nyata dalam upaya konservasi.

“Kondisi sekarang ini sangat urgent, kita butuh muatan jurnalis yang profesional untuk menghadapi segala persoalan. Semoga pelatihan jurnalistik investigasi ini menjadikan jurnalis yang profesional dan berintegritas,” ucapnya.

Direktur STFJ Rahmad Suryadi menyebutkan,  kegiatan pelatihan ini diselenggarakan oleh kolaborasi STFJ dengan YOSL- OIC. Pemateri merupakan wartawan senior Tempo, Mustafa Silalahi yang kaya akan pengalaman melakukan jurnalistik investigasi dan Produser Watchdoc, Indra Jati.

“Tujuan pelatihan jurnalistik investigasi ini sebagai upaya kita untuk berperan dalam mengawal konservasi bisa berjalan dengan baik. Banyak harapan agar para jurnalis berperan dalam konservasi. Sebab, dunia, hutan, satwa saat ini kondisinya sekarang tidak dalam keadaan baik-baik saja,” tutur Rahmad.

Rahmad menuturkan, banyaknya kasus konflik satwa dengan manusia juga menjadi tantangan untuk memberikan pemahaman agar kasus serupa tak terus terjadi lagi. Seperti belakangan ini terjadinya harimau atau belalai gajah terjerat hingga berujung kematian.

“Ini tidak boleh terjadi lagi. Peran kita sangat besar dalam konservasi ini. Semoga dengan pelatihan ini memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat agar konservasi dapat lebih baik lagi,” ujar Rahmad yang juga Ketua PFI Medan itu.

Sementara, Mustafa Silalahi menambahkan bahwa dalam peliputan investigasi harus dilakukan riset sebelum melakukan investigasi.

“Untuk melakukan liputan investigasi harus terlebih dahulu melakukan riset, mencari data awal, perencanaan liputan, pengumpulan informasi atau bukti verifikasi dan analisis, serta konfirmasi,” tandasnya.

Related posts