TPA Overload, Volume Sampah di Aceh Tamiang Capai 40 Ton per Hari

Volume Sampah di Aceh Tamiang Capai 40 Ton per Hari. (ist)

Aceh Tamiang (KANALACEH.COM) – Kapasitas Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah yang berlokasi di Kampung Durian, Kecamatan Rantau, Aceh Tamiang sudah menggunung dan mengeluarkan aroma tak sedap.

“Saat ini TPA kondisinya sudah melebihi muatan (overload). Ditambah lagi musim hujan maka kondisi sampah di TPA bercampur baur tanpa ada pemisahan apapun,” kata Anggota Komisi IV DPRK Aceh Tamiang, Jayanti Sari dalam keterangannya, Rabu (11/1).

Menurutnya kondisi TPA sampah yang dikabarkan membludak sehingga rawan mencemari lingkungan sekitar. Disamping itu akses jalan menuju TPA juga sangat memprihatinkan, bila hujan becek dan licin.

Jayanti menegaskan pengelolaan sampah di daerah ini membutuhkan perhatian serius tidak hanya dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) tapi pemangku kepentingan setempat.

Ia menyaksikan sendiri bak-bak kontainer sampah yang tersedia tidak mampu lagi menampung volume sampah sehingga berserakan dimana-mana dari sudut kota, komplek pemerintahan hingga tepi jalan.

“Tapi sampah yang menggunung itu tidak boleh kita biarkan. Persoalan sampah harus menjadi perhatian serius pemerintah daerah karena merupakan PR (pekerjaan rumah) kita semua, bukan hanya DLH saja yang harus bertanggung jawab,” tegasnya.

Data yang diperoleh Jayanti Sari dari timbangan sampah milik DLH Aceh Tamiang menunjukkan per November 2022 volume sampah mencapai 40 ton/hari.

Artinya timbulan sampah Aceh Tamiang sebanyak 1.200 ton/bulan harus buang di TPA, sedangkan lahan TPA seluas 6,1 hektare sudah terpakai semua.

“Di sisi lain produksi sampah yang terus meningkat seiring dengan bertambahnya populasi penduduk Kabupaten Aceh Tamiang maka TPA yang ada bakal tidak mampu lagi menampung beban sampah yang dihasilkan. Ini pekerjaan kita semua, karena kita lah produsen sampah itu,” kataJayanti.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Aceh Tamiang Syurya Luthfi mengakui kondisi TPA sampah saat ini mengalami overload. Dijelaskan, jumlah TPA milik DLH hanya satu dengan dua landfill, yang kondisinya saat ini satu penuh dan satu lagi hampir penuh.

“Sedangkan jumlah layananan persampahan sebanyak 57 desa tersebar di 11 kecamatan, maka kapasitas TPA tidak lagi cukup untuk menampung jumlah timbulan sampah masyarakat,” kata Syurya Luthfi.

DLH Aceh Tamiang mencatat sepanjang 2021 jumlah produksi sampah per hari sebanyak 35-37 ton seluruhnya dibuang ke TPA.

Syurya juga membenarkan volume sampah pada akhir 2022 meningkat hampir dua kali lipat dari biasanya karena terjadi bencana alam banjir.

Betul bulan November 2022 volume sampai naik sampai 40 ton lebih, karena banjir banyak sampah terendap tidak bisa diangkut.

“Tahu lah kita, saat banjir seluruh akses lumpuh, kadang bisa kutip sampah tidak bisa buang ke TPA, truk tidak lewat semua jalan tergenang banjir jadi wajar sampah membludak saat itu,” ujarnya.

Ia menjelaskan sistem pengelolaan sampah pada TPA selama ini dengan metode sanitary landfill (menumpuk sampah di loaksi cekung dan memadatkannya). Tentunya sistem ini memiliki keuntungan dan kerugian.

“Keuntungan pengelolaan sanitary landfill mengurangi pencemaran lingkungan dan menghindari ledakan gas metana. Sementara minus-nya biaya aplikasi sangat tinggi dan tidak didukungnya pendanaan untuk sistem ini,” jelas Syurya. []

Related posts