Banda Aceh (KANALACEH.COM)– Gutel, begitu orang menyebut makanan yang terbuat dari tepung beras, kelapa, gula dan air ini. Cara membuatnya pun cukup sederhana, hanya mencampur seluruh bahan tersebut, lalu dibentuk lonjong sebesar telur ayam.
Setelah di gumpal, Gutel di balut dengan daun pandan. Menurut warga Gayo, Gutel ini kerap dijadikan sebagai bekal makanan saat bepergian kedalam hutan untuk berburu. Karena, kudapan ini begitu mudah di simpan dan tahan hingga beberapa hari.
Dulunya orang Gayo saat belum mengenal kenderaan, melakukan perjalanan yang melintasi hutan juga dibekali Gutel. Termasuk saat akan berperang gerilya melawan penjajah Belanda dan Jepang.
“Makanan ini sudah ada sejak zaman dulu, bahkan pada zaman perang sudah ada,” kata Marni seorang penjaga anjungan Kabupaten Gayo Lues saat ditemui, Kamis (9/1).
Bagi masyarakat Gayo, Gutel bukan hanya pengganti nasi. Namun, menjadi tradisi jika hendak berburu di alam liar. Gutel menjadi panganan yang telah disiapkan keluarga atau warga sebelum memasuki hutan untuk berburu.
Selintas, Gutel ini mirip dengan gorengan jenis godok-godok. Menariknya, Gutel ini dibalut dengan daun pandan sehingga terlihat rapi. Soal rasa, kudapan ini bisa menjadi teman yang pas dengan segelas Kopi.
Marni menyebutkan, yang membuat Gutel ini menarik adalah karena pembuatannya yang di kemul (digumpalkan dengan kekuatan genggaman jari). Sehingga isinya padat.”Tingkat kelezatan Gutel ini juga terletak pada tingkat kecintaan kita pada si pembuatnya,” sebut Marni.
Di zaman yang serba canggih ini, panganan Gutel ini mulai ditinggalkan oleh masyarakat. Sehingga, Gutel hanya ada saat perayaan kebudayaan atau hari hari tertentu saja. “Bahkan yang jual sudah jarang. Kalau lagi ada acara, baru banyak yang buat,” pungkasnya.
Sebagai makanan tradisional suku bangsa Gayo, Gutel memiliki nilai-nilai filosofis di balik kehadirannya di kehidupan sehari-hari. Makanan ini melambangkan nilai kasih sayang dari pembuatnya, ditunjukkan dari cara pembuatannya yaitu ikemul (digumpalkan dengan tangan sekuat-kuatnya).
Nilai semangat juga terkandung dalam makanan ini. Gutel menjadi energi tersendiri bagi yang mengonsumsi, karena Gutel adalah bentuk dukungan dari yang mempersiapkan bekal agar yang memakan bersemangat dalam beraktivitas sehari-hari.
Terakhir, Gutel memiliki nilai-nilai perjuangan, hal ini terbukti karena gutel adalah bekal para pejuang dalam berperang memperjuangkan kemerdekaan dan membela tanah air.
Seiring waktu, Gutel mulai kurang diminati oleh generasi muda. Kalangan ini lebih memilih mengonsumsi makanan luar yang lebih populer tetapi belum tentu sehat.
Ada anggapan bahwa Gutel adalah makanan orang pada zaman dahulu dan tidak lagi sesuai dengan mereka yang hidup di dunia modern. Oleh karena itu, kepedulian masyarakat Gayo sangat dibutuhkan dalam menjaga eksistensi makanan ini dengan terus memperkenalkan Gutel beserta nilai-nilai yang terdapat di dalamnya di setiap kesempatan.
Gutel sesungguhnya adalah warisan indatu urang Gayo kepada generasi selanjutnya. Mereka mewariskan pengetahuan tradisional dalam mengolah apa yang ada di sekitar menjadi makanan yang sesuai dengan kondisi tempat tinggal dan aktivitas masyarakatnya. Sudah seharusnya Gutel terus dilestarikan, karena bila tidak, ia akan hilang membawa serta nilai dah kisah yang terdapat di dalamnya.