Tantangan Tersembunyi Bagi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Tahun Politik

Tahun politik selalu menjadi momen yang menarik untuk diperbincangkan, terutama ketika kita mengaitkannya dengan dinamika pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Indonesia, sebagai salah satu negara demokratis terbesar di dunia, menghadapi tahun politik yang sangat penting pada tahun 2024.

Namun, di balik sorotan politik dan kampanye yang intens, terdapat tantangan-tantangan tersembunyi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Dalam opini ini, kita akan membahas beberapa dari tantangan tersebut dan bagaimana kita dapat mengatasinya.

Pertama-tama, kita perlu menyadari bahwa tahun politik sering kali diwarnai oleh ketidakpastian politik.

Pergantian pemimpin, perubahan kebijakan, dan ketidakstabilan politik dapat menciptakan lingkungan yang kurang kondusif bagi investasi dan pertumbuhan ekonomi.

Investor sering kali cenderung menunda keputusan investasi mereka sampai situasi politik lebih jelas, yang dapat menghambat aktivitas ekonomi secara keseluruhan.

Hal ini terutama terlihat dalam penurunan pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) selama periode pemilu, seperti yang terjadi dalam pemilu-pemilu sebelumnya.

Tantangan terkait dengan belanja politik yang meningkat selama tahun kampanye.

Meskipun belanja politik dapat memberikan dorongan singkat pada aktivitas ekonomi, dampaknya seringkali bersifat sementara dan dapat menimbulkan risiko jangka panjang.

Misalnya, lonjakan belanja partai politik untuk kampanye dapat meningkatkan konsumsi Lembaga Non-Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT), namun hal ini biasanya diikuti oleh penurunan yang signifikan setelah pemilu berakhir.

Selain itu, ada juga risiko korupsi dan penyalahgunaan dana kampanye yang dapat merusak kepercayaan investor dan masyarakat terhadap pemerintah dan lembaga politik.

Tantangan terkait dengan pengelolaan fiskal yang sehat. Tahun politik sering kali menjadi waktu di mana pemerintah cenderung meningkatkan pengeluaran untuk memenangkan dukungan politik.

Namun, pengeluaran yang tidak terkendali dapat mengakibatkan defisit anggaran yang tinggi dan peningkatan utang publik, yang pada gilirannya dapat memicu ketidakstabilan makroekonomi dan melemahkan mata uang domestik.

Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk tetap berpegang pada prinsip

prinsip pengelolaan fiskal yang sehat, seperti memperhatikan keseimbangan anggaran dan memastikan efisiensi dalam pengeluaran publik.

Namun demikian, bukan berarti kita harus melihat tahun politik hanya sebagai beban atau ancaman bagi pertumbuhan ekonomi.

Sebaliknya, tahun politik juga dapat menjadi momentum untuk melakukan reformasi dan perubahan yang diperlukan untuk meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia.

Misalnya, pemilihan umum dapat menjadi kesempatan untuk memperkuat tata kelola pemerintahan yang baik dan memperbaiki lingkungan investasi bagi sektor swasta.

Pemimpin baru yang terpilih juga dapat membawa visi dan kebijakan baru yang mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Selain itu, tahun politik juga dapat menjadi waktu yang tepat untuk meningkatkan partisipasi politik dan keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan.

Dengan melibatkan masyarakat lebih aktif dalam pembuatan kebijakan dan pengawasan pemerintah, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih transparan, akuntabel, dan inklusif, yang pada gilirannya dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Bagaimanapun juga, untuk mengatasi tantangan-tantangan yang terkait dengan tahun politik, diperlukan kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil.

Pemerintah perlu memastikan kebijakan yang konsisten dan berkelanjutan, sektor swasta perlu menjaga integritas dan transparansi dalam bisnis mereka, dan masyarakat sipil perlu berperan aktif dalam pengawasan dan advokasi untuk kepentingan publik.

Ketidakpastian politik dan dampaknya terhadap ekonomi dapat dijelaskan dengan teori siklus politik bisnis (Political Business Cycle Theory).

Teori ini, yang populer di kalangan ekonom Indonesia, menyatakan bahwa pemerintah cenderung memanipulasi kebijakan fiskal dan moneter untuk meraih dukungan politik menjelang pemilu.

Misalnya, pemerintah mungkin meningkatkan pengeluaran publik atau menurunkan pajak untuk merangsang ekonomi dalam jangka pendek.

Namun, setelah pemilu, kebijakan ini dapat berbalik arah untuk menstabilkan kembali perekonomian, yang sering kali disertai dengan pengetatan anggaran dan peningkatan inflasi.

Dengan demikian, meskipun tahun politik 2024 membawa sejumlah tantangan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, hal ini juga dapat menjadi momentum untuk melakukan perubahan positif dan memperkuat fondasi ekonomi negara.

Dengan langkah-langkah yang tepat dan kerja sama yang baik antara semua pemangku kepentingan, kita dapat mengatasi tantangan tersebut dan menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi Indonesia.

Oleh: Zul Hafidh
Penulis Merupakan Mahasiswa USK Jurusan Ilmu Politik

Related posts