Gampong penghasil bawang merah di Aceh Besar

Gampong penghasil bawang merah di Aceh Besar
Panen bawang merah

 

Banda Aceh (KANAL ACEH.COM): Lam Manyang, Gampong yang terletak sebelah utara pelabuhan Ule Lheu, dan hanya berjarak 800 meter dari bibir pantai Ujong Pancu ini, terletak di Kecamatan Peukan Bada, Aceh Besar. Mayoritas masyarakatnya adalah petani dan nelayan, dan hampir 40 persen diantaranya saat ini menggantung hidup dengan menanam bawang merah sebagai mata pencaharian.

Nurdin, 45, salah satu warga Gampong Lam Manyang menjelaskan, pada awalnya, masyarakat disini umumnya hidup sebagai nelayan, bertanam padi dan sebagian berkebun. Namun, sejak beberapa waktu lalu, ada seorang warga yang memulai menanam bawang merah, dan kemudian hasil panennya melimpah serta mendatangkan uang yang banyak, dan masyarakat lainnya mulai melirik tanaman bawang merah sebagai alternatif.

Dan hingga saat ini, kata Nurdin, ada lebih seratusan warga yang mulai menjadika kebun kebun dan lahan kosong mereka untuk ditanami bawang merah.

Salah seorang petani bawang merah, Sisgunawan, Sabtu (31/10) menjelaskan, kendala yang dihadapi petani saat ini adalah ketidakpastian harga, dan maraknya bawang impor.

Sisgunawan mengakui, jika harga pasar stabil, para petani akan meraih untung yang lumayan, sebab hanya butuh waktu dua bulan untuk bisa panen.

Dilahan miliknya yang luasnya mencapai 11 ribu meter persegi, Sisgunawan menanam bawang dengan cabai merah yang dibuatnya dengan sistem tumpang sari.

“Untuk satu hektar lahan, dibutuhkan bibit bawang merah sebanyak 1 ton,” jelasnya.

Dari satu hektar lahan yang ditanaminya bawang merah, Sisgunawan mengaku hasil panen yang didapatnya mencapai 12 ton, dan selama satu tahun Ia dapat panen sebanyak tiga kali. “Panen tiap dua bulan sekali, dan selama satu tahun bisa tiga kali tanam,” paparnya.

Saat ditanya omset pertahun, Sisgunawan tidak menjawab, namun dirinya mengatakan penghasilan yang didapat setelah dipotong biaya operasional cukup untuk membiayai hidup sehari hari.

“Begini ilustrasinya, jika kita pukul rata-rata harga bawang dipasar perkilogramnya Rp20 ribu, dan setiap dua bulan panen menghasilkan 12 ton, atau 12 ribu kilogram, silahkan dijumlah sendiri,” katanya kepada Waspada.

Untuk perawatan dan bercocok tanam, Sisgunawan mengakui tidak sulit, sebab hanya dibutuhkan pupuk kandang atau kompos agar dihasilkan bawang yang berkualitas. “Tidak ada penggunaan pupuk buatan ataupun penyemprotan insektisida,” ujarnya.

Namun saat ini, ungkap Bang Gunawan, penggilan akrabnya, harga pasaran bawang merah sedang jatuh, jika biasanya harga jual mencapai Rp28 ribu hingga Rp30 ribu perkilogramnya, sekarang harga hanya Rp18 ribu hingga Rp20 ribu perkilogramnya.

“Harga bawang dalam beberapa bulan terakhir lagi turun,” ungkapnya.

Untuk itu, dirinya berharap, pemerintah dapat melakukan lagkah-langkah untuk stabilitasi harga, sebab yang dibutuhkannya dan ratusan petani lainnya adalah kepastian harga. “Kita tidak harap bantuan apapun dari pemerintah, yang dibutuhkan petani saat ini adalah soal stabilitas harga saja,” cetusnya. [Hendro Saky]

Related posts