Setahun Pemerintahan Jokowi-JK : Rizal Ramli Puji Nyali Jokowi dan Kritik SBY

Rizal Ramli

Jakarta, KANALACEH.com – Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli memuji Presiden Jokowi tepat di setahun umur pemeritahan.

Namun, sambil memuji bosnya itu, Rizal melancarkan kritik terhadap Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

“Teman-teman bisa bicara apapun tentang Pak Jokowi, tapi dia (Jokowi) punya nyali. Ada yang 10 tahun berkuasa tapi enggak punya nyali,” ujar Rizal saat berbicara di acara Rembug Nasional setahun Pemerintahan Jokowi-JK, Jakarta, Selasa (20/10/2015).

Mantan Menteri Koordinator Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid itu mengungkapkan, ketegasan Jokowi bisa terlihat dari sikapnya yang menginginkan renegosiasi kontrak karya Freeport 2 tahun menjelang kontrak habis.

Meskipun, ucap Rizal, ada menteri yang keblinger menginginkan renegosiasi kontrak dilakukan saat ini juga.

Menurut dia, sikap Presiden Jokowi tersebut berbeda dengan Presiden SBY dalam kasus renegosiasi kontrak Blok Cepu, Jawa Timur.

Rizal menceritakan saat SBY meminta ia datang ke Istana untuk memberikan saran terkait kontrak operator Blok Cepu yakni Exxon Mobil.

“Tahun 2006 atau 2007 saya dipanggil oleh Presiden yang lama, dia akan ke New York ketemu Bush (Presiden AS). Dia (SBY) tanya nasihat saya tanya bagaimana ngadepin Blok Cepu. Saya bilang ‘Mas Blok Cepu sekarang termasuk yang cadangannya lebih besar dari pada di Pekanbaru. Ini blok dulu milik rakyat Indonesia tapi dikasih gratis sama Tomy Soeharto. Begitu Soeharto jatuh, dijual sama Australia lalu dibeli sama Exxon 1 miliar dollar AS. Ini kesempatan kita, kalau dibiarkan saja tahun 2010 harus dikembalikan (ke Indonesia)’,” kata Rizal.

Saat itu, Rizal mengaku memberikan berbagai saran kepada SBY mulai memberikan saran membuka persaingan kepada perusahaan migas lainnya hingga usul agar pemerintah membiarkan kontrak Blok Cepu habis begitu saja sehingga 2010 bisa kembali ke tangan Indonesia.

Rizal mengaku senang, bahkan sepulangnya dari Istana, pria kelahiran Padang itu mengaku bernyanyi Halo-Halo Bandung karena usulnya itu didengar dan dicatat oleh SBY.

Namun, setelah SBY pulang dari AS tutur dia, pejabat Pertamina yang tidak setuju adanya perpanjangan kontrak Exxon Mobil di Blok Cepu justru dipecat.

Pemerintah lantas memilih orang yang tak mengerti dunia migas yakni Rizal Malarangeng sebagai negosiator renegosiasi kontrak tersebut.

Akhirnya, kata Rizal, pemerintah menandatanganii renegosiasi kontrak Exxon itu.

Sayangnya Rizal tak mau menceritakan lebih detail peristiwa itu. Katanya, kalau diceritakan bisa lebih heboh.

Tetapi, berkaca pada pengalaman masa lalu itu, pemerintah saat ini dinilai harus belajar dan mengambil momentum lantaran akan habisnya kontrak karya Freeport pada 2021 mendatang. Bagi Rizal, sekarang saatnya menulis kembali sejarah tersebut. (Sumber : Kompas.com)

Related posts