Banyak Manusia Hidup Merugi di Dunia

Banyak Manusia Hidup Merugi di Dunia
Foto: Ustaz H. Muzakkir Abdul Hamid, saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak Jeulingke, Rabu (16/3) malam
Dalam Surat Al-Ashr ayat 1-3, Allah Swt bersumpah demi masa (waktu) untuk mengingatkan banyak manusia yang sentiasa berada dalam kerugian hidup di dunia, sehingga lalai bahkan melupakan ada akhirat sesudah hari kiamat.

Sementara manusia yang tidak merugi adalah orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati agar tetap dalam kesabaran.

Allah Swt tidak akan pernah bersumpah kepada sesuatu kecuali itu sangat penting, dalam hal ini adalah waktu. Sebagian ulama berpendapat waktu yang dimaksudkan dalam surat tersebut mengacu kepada waktu asar, yang merupakan waktu terbaik dari segala waktu, dimana kebanyakan manusia sibuk dengan aktivitas sehari-harinya, namun berada dalam kerugian.

Demikian disampaikan Ustaz H. Muzakkir Abdul Hamid, saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak Jeulingke, Rabu (16/3) malam.

“Keutamaan waktu dalam Surat Al-Ashr mengingatkan kita bahwa tidak sesuatu pun di dunia yang kekal abadi. Bahkan Fir’aun yang terkenal di masanya memliki banyak kuasa dan harta luar biasa harus berhadapan dengan kematian,” ujar Ustaz Muzakkir.

Ia menjelaskan, suatu saat Jibril datang kepada Nabi Muhammad SAW memberikan nasihat kepada Baginda, “Wahai Muhammad hiduplah sesuka hatimu, tetapi (ingat) engkau akan mati (meninggal). Cintailah orang yang engkau senangi, tetapi (ingat) engkau akan berpisah dengannya. Dan beramallah sesuka hatimu, niscaya engkau akan mendapatkan balasannya.” (Riwayat Al Baihaqi).

Foto: Ustaz H. Muzakkir Abdul Hamid, saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak Jeulingke, Rabu (16/3) malam
Foto: Ustaz H. Muzakkir Abdul Hamid, saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak Jeulingke, Rabu (16/3) malam

Dijelaskannya, Al-Quran sebagai sebuah mukjizat yang diturunkan kepada umat Islam telah memberikan mengajarkan kita banyak hal dari segala aspek kehidupan dan kebenaran yang hakiki. Allah malah menantang manusia untuk membuat satu ayat saja untuk menandingi keagungan firman-Nya.

“Dalam Surat Al-Ashr, meskipun tergolong pendek, tapi sangat jarang orang Islam yang menghayati kandungan makna yang tersirat di dalamnya. Bahkan begitu pentingnya surat sehingga Imam Syafi’i mengumpamakan surat ini seraya berkata seandainya setiap manusia merenungkan surat ini, niscaya hal itu akan mencukupi untuk mereka,” kata Ustaz yang pernah puluhan tahun bermukim di luar negeri termasuk di Malaysia dan Swedia.

Menurutnya, jika dipelajari lebih dalam, surat Al-Ashr mengajarkan manusia lebih dari pentingnya waktu, yaitu agar selalu berpegang teguh kepada agama Allah dengan beriman, beramal saleh, mengemban risalah Islam dengan nasihat dan dakwah dan bersikap sabar.

“Keempat kriteria inilah yang harus ada dalam setiap muslim, terutama pada para pemimpin di Aceh saat ini,” jelas Muzakkir yang juga Staf Khusus Gubernur Aceh ini.

Ditambahkannya, pemimpin dalam Islam bukan sekedar bekerja mengelola pemerintahan dan memakmurkan rakyat, tapi juga sebagai pengemban risalah Islam ke seluruh penjuru dunia melalui dakwah.

Pemimpin yang dimaksud tidak hanya di tingkat pemerintahan, tapi semua dari kita juga termasuk pemimpin, seperti hadist Rasulullah SAW yang bermaksud “Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang isteri yang memelihara rumah tangga suaminya akan ditanya perihal tanggungjawab dan tugasnya. Bahkan seorang pembantu/pekerja rumah tangga yang bertugas memelihara barang milik majikannya juga akan ditanya dari hal yang dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya (diminta pertanggungan jawab) darihal hal yang dipimpinnya. (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Menjadi seorang pemimpin yang beriman bukanlah sesuatu yang diwarisi dari orang tua, melainkan dari ilmu yang diwajibkan kepada setiap mukmin semenjak waktu lahir sampai ke liang lahat. Setelah seseorang mempunyai ilmu, makanya imannya akan menjadi semakin kokoh karena didasari oleh pemahaman dari ilmu yang didapatkan olehnya.

“Dengan iman yang kokoh, maka lahirlah amal-amal saleh dari setiap tingkah lakunya yang diyakini sebagai ibadah. Setiap perbuatan orang yang beriman jika didasari niat yang tulus karena Allah maka itu merupakan ibadah yang mendapat ganjaran olehNya,” jelas Ustaz Muzakkir yang kerap mengisi ceramah subuh di berbagai masjid di Kota Banda Aceh.

Dijelaskannya, tugas pemimpin bukan untuk memenuhi kepentingan pribadinya, tapi Allah juga menyerukan setiap mukmin untuk menjadi sebagai agen perubahan dalam masyarakat dengan mengemban tugas sebagai juru dakwah, yang saling menasihati orang berbuat mungkar.

Tugas mengemban risalah Islam ini tidak hanya kepada manusia biasa, tapi juga para pemimpin yang mempunyai kewenangan serta tanggungjawab yang lebih besar. Tentu dalam setiap tugas ini, Allah mengisyaratkan manusia selalu bersikap sabar dalam menghadapi segala cobaan dan tindakannya.

“Selain mengajarkan kita kepada empat kriteria diatas, Surat Al-Ashr juga mengingatkan kita akan keberadaan dunia yang bersifat sementara dimana setiap perbuatan dan amal manusia akan mendapat pertanyaan dari Allah, seperti yang disebutkan dalam sebuah hadist Rasullah SAW, “Tidaklah bergeser kedua kaki seorang hamba (menuju batas Siratul Mustaqim) sehingga ia ditanya tentang umurnya kemana ia habiskan, ilmunya untuk apa ia amalkan, hartanya dari mana ia peroleh dan kemana ia habiskan dan badan diwaktu sehat mudanya untuk apa ia gunakan,” ungkapnya.

Related posts