Senyum Sumringah Abu Doto di Pijay

Senyum Sumringah Abu Doto di Pijay
Foto: Gubernur Aceh dr H Zaini Abdullah menghadiri acara peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW di Dayah Babul Khairat gampong Raya Trienggadeng, Pidie Jaya.

AZAN dzuhur baru saja usai berkumandang, saat lelaki berpakaian necis itu turun dari mobil bernomor polisi BL 1. Senyumnya sumringah kala melangkah pelan memasuki lingkungan dayah Babul Khairat gampong Raya Trienggadeng, Pidie Jaya.

Terik mentari membuat badan terasa gerah, namun Zaini Abdullah, mantan Menteri Luar Negeri GAM itu tetap terlihat ceria. Kehadiran Doto Zaini bersama istri Hj Niazah A Hamid dan rombongan disambut langsung oleh pimpinan dayah, Tgk Abdullah Tualang, bersama sejumlah pimpinan dayah se-kabupaten Pidie Jaya, Minggu (20/3).

“Alhamdulillah teungku, kami sudah tiba dan ini rahmat Allah bisa bersilaturrahmi dan memenuhi undangan maulid di dayah ini,” kata Doto Zaini, seraya mengajak pimpinan dayah untuk melaksanakan shalat zhuhur berjamaah. Akrab dan penuh canda.

Sejumlah pimpinan dayah, tokoh masyarakat Pijay dan ratusan santri di dayah Babul Khairat, terlihat antusias berbaris dibawah terik mentari untuk menyambut dan menyalami mantan tokoh Aceh Merdeka itu, satu persatu. Sebagian mereka memakai seragam putih, setengah lainnya mengenakan batik bernuansa Aceh.

Turut mendampingi Gubernur, antara lain Asisten Pemerintahan Sekda Aceh, Dr Muzakkar A Gani, Kaban Pembinaan Pendidikan Dayah Aceh Bustami Usman, Kadis Naker dan Mobduk Kamaruddin Andalah, Kadis Keuangan Aceh Jamaluddin, Kaban ketahanan Pangan Ir Lukman, Kaban Arsip dan Perpustakaan Mustafa S.Sos, Kepala Biro Organisasi Setda Aceh Ramli Daud, Kepala Biro Humas Frans Dellian, Kepala Biro Umum T Aznal Zahri dan beberapa pejabat Pemerintah Aceh lainnya.

Mengawali sambutannya, pimpinan dayah Tgk Abdullah  atau yang kerap disapa Abu Tualang, menyampaikan kebahagiaan dengan kehadiran Gubernur memenuhi undangan Maulid. “kami telah menunggu sejak pagi dan kami sangatlah bersyukur atas kehadiran pak Gubernur dan ini adalah kehendak dari Allah Swt,” ujarnya, dengan raut wajah gembira.

Atas nama masyarakat Trienggadeng, Tgk Abdullah juga mengucapkan terimakasih atas bantuan Gubernur melalui Badan Pembinaan dan Pendididikan Dayah, yang telah membangun infrastruktur seperti pagar, MCK, dan Mushalla dayah Baitul Khairat. Dalam tahun 2016 ini, Gubernur juga akan membangun 1 unit asrama santri.“bersyukur dan sangat bahagia kami, mudah-mudahan kebaikan pak Gubernur ini diberikan imbalan oleh Allah Swt. Satu lagi Abu, disini, didayah ini kami juga menyatakan dukungan akan pencalonan Doto Zaini Abdullah sebagai Gubernur Aceh periode 2017-2022,” tandasnya, dalam dialeg Aceh yang kental, yang kembali disambut riuh ribuan hadirin.

Bentuk dukungan tersebut kemudian dibuktikan dengan sumbangan ribuan lembar fotocopi KTP, “hibah’ dari masyarakat kabupaten Pidie Jaya.

Sebelum meninggalkan lokasi dayah, Gubernur turut pula menyumbang 10 lembar sajadah panjang, 50 pasang baju koko dan 150 kg gula pasir.

Dalam lawatan ke Pidie Jaya, Gubernur Zaini Abdullah juga meresmikan gedung Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Nurul Rahmah gampong Buket Teungoh, Kecamatan jangka Buya. Lembaga pendidikan ini merupakan bantuan Pemerintah Aceh, yang anggaran pembangunannya mencapai Rp. 960 juta lebih.

Kedatangan Gubernur Zaini di LPI pimpinan Ummi Hj Sabiah Hasan itu, disambut oleh putranya yaitu Tgk. Faisal M.Nur. Gubernur tiba sekira pukul 11.10 Wib.

Dalam sambutannya, Gubernur mengungkapkan bahwa hubungannya dengan almarhum suami dari Hj Salbiah atau ayah dari Tgk Faisal sangatlah dekat, karena dulu sama-sama berjuang di rimba gunong Halimon. “Almarhum merupakan pejuang Aceh Merdeka yang dulu bersama-sama di hutan Aceh. Kalau saya ceritakan kisah perjuangan dulu sangatlah panjang, tidak cukup waktu disini,” kata Abu Doto, yang sesekali terlihat berhenti berbicara. Keharuan tergambar jelas di raut wajahnya.

Doto Zaini merupakan salah satu orang kepercayaan Wali Hasan Tiro. Doto Zaini terlibat dalam GAM dan dipercaya sebagai Menteri Luar Negeri dalam kabinet Hasan Tiro pada 1976. Sejak saat itu pula, Doto Zaini meninggalkan profesinya sebagai dokter dan memilih jalur politik memperjuangkan kemerdekaan Aceh di Swedia bersama deklarator GAM, Dr Muhammad Hasan Di Tiro.

Related posts