Rajab momentum perbaiki salat jelang Ramadan

anggota Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Tgk. HA. Gani Isa. (Ist)

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Bulan Rajab yang saat ini sedang dijalani adalah salah satu dari empat bulan haram. Bulan haram tersebut yaitu bulan Dzulqaidah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Dinamakan bulan haram karena bulan-bulan ini memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki bulan-bulan lainnya.

Karenanya, wajib bagi setiap muslim mengisi bulan-bulan ini dengan amalan yang dituntunkan oleh syariat dan amalan yang jelas sumber sunnahnya. Tidak boleh melebihi batasan, tidak boleh seseorang mengkhususkan ibadah tertentu pada bulan-bulan ini kecuali memiliki dasar syariatnya.

Salah satunya ibadah salat. Bagi umat Islam, Rajab tidak bisa dilupakan dalam memorinya karena Israk Mikraj, peristiwa agung, misteri dan rahasianya belum diketahui manusia, sehingga turun perintah ibadah salat wajib lima waktu sehari semalam bagi umat Islam.

Hal tersebut disampaikan anggota Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Tgk. HA. Gani Isa saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Rabu (13/4) malam.

Menurutnya, Rajab harus benar-benar menjadi momentum memperbaiki salat serta mengevaluasi dan menyiapkan diri menuju kedatangan bulan suci Ramadan yang semakin dekat.

“Sudahkah kita melakukan ibadah salat dengan benar dan tepat waktu serta berjamaah sambil menunggu MPP, yaitu masa penantian panggilan dari Allah Swt. Ingat, kita tidak hidup selamanya di dunia ini,” ujar Tgk. Gani Isa yang juga dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry ini.

Dijelaskannya, Rajab adalah tonggak utama Islam didirikan dengan perintah salat sebagai tiang agama, yaitu Allah mendeklarasikan salat melalui rasul-Nya, Muhammad Saw.

“Kalau Islam seseorang kuat, tentu dia akan memperkuat tiangnya yaitu salat dengan benar dan tepat waktu. Jika tidak, maka rapuh keislamannya,” terangnya.

Rajab juga menyimpan banyak rahasia keberkahan, bahkan dianjurkan memperbanyak amal kebaikan, sesuai dengan tuntunan Alquran dan hadits Rasulullah, bukan amal ibadah yang mengada-ada.

Pada bulan Rajab, Rasulullah Saw juga pernah mengajarkan umatnya untuk mempersiapkan (I‘dad) untuk menghadapi Ramadan jauh hari sebelum datangnya Ramadan. Setidaknya ada empat persiapan yang harus dilakukan. Bahkan 3 bulan sebelumnya, ketika masih di bulan Rajab.

Pertama, persiapan secara iman dan ruhiyah. Bulan Ramadan adalah bulan peningkatan keimanan bulan penghapus dosa.

“Maka perlu dikondisikan pekan-pekan ruhiyah setiap bulannya, agar nuansa Ramadan sudah mulai dapat dirasakan, sehingga semakin menambah kerinduan yang membuncah dalam dada untuk menyambut Ramadan sesungguhnya,” jelasnya.

‎Kedua, persiapan secara Jasadiyah. Persiapan  secara fisik dengan membiasakan puasa-puasa sunnah seperti Senin–Kamis, atau melunasi tagihan puasa Ramadan tahun lalu.

Selain itu melatih fisik agar terbiasa dengan pola makan yang baru, sehingga ketika Ramadan nanti keberkahan dapat diraih dengan ibadah yang optimal dan tetap produktif, karena bulan Ramadan tidak disetting dan disiapkan untuk menciptakan generasi pemalas.

“Mulai sekarang kita latih, fisik kita untuk tahan lapar dengan memperbanyak puasa sunnah. Sehingga ketika nanti tiba bulan Ramadan, tubuh kita tidak kaget dengan perubahan pola makan dan bisa tetap untuk beraktivitas dengan produktif,” sebutnya.

Ketiga, persiapan secara fikriyah dan ilmu. Ini juga yang tidak kalah penting mempersiapkan ilmunya dalam menghadapi Ramadan.

“Kita perlukan kesiapan secara fikriyah, mulai sekarang baca itu buku-buku fiqh tentang puasa Ramadan, silaturahmi ke ustaz untuk menanyakan hal-hal yang masih ragu-ragu, sehingga saat Ramadan datang kita telah siap menghadapinya. Tidak disibukkan oleh perkara-perkara teknis sepele yang hanya karena kurang memahami ilmunya,” terang mantan Kakandepag Aceh Utara ini.

‎Keempat adalah persiapan Maaliyah. Di pengujung Ramadan ada kewajiban mengeluarkan zakat jiwa atau fitrah. Maka Agar tidak merepotkan dan mengganggu pelaksaanaan ibadah Ramadan, lebih baik bila penghitungan zakat mal telah dilakukan jauh-jauh hari sebelumnya.

“Sehingga saat Ramadan tiba tinggal pelaksanaannya dan menunaikan saja. Kemudian, selain dua zakat tadi, hendaklah memperbanyak shadaqah agar kualitas Ramadan kita lebih baik,” ungkapnya.‎ [Sammy/rel]

Related posts