Perdagangan satwa kejahatan terbesar kelima di dunia

Kordinator aksi, Rivana Amelia. (Kanal Aceh/Randi)

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Berdasarkan data dari organisasi konservasi independen, WWF Indonesia, setiap tahun nilai perdagangan ilegal satwa mencapai lima milyar dolar Amerika Serikat per tahun dan menjadi kejahatan terorganisir yang diwaspadai.

“Dari data tersebut, ini menjadi kejahatan nomor lima terbesar di dunia setelah obat terlarang, senjata, perdagangan manusia dan penyelundupan minyak,” kata Kordinator Earth Hour Aceh, Rivana Amelia, seusai menggelar aksi solidaritas terhadap satwa liar di depan Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Sabtu (24/9).

Dikatakannya, untuk isu perburuan dan perdagangan satwa, baik yang masih hidup atau bagian tubuhnya dikecam oleh seluruh dunia. Termasuk Indonesia juga sedang melawan kejahatan satwa ini.

Lanjutnya, dengan meningkatnya permintaan pasar gelap terhadap organ tubuh satwa, mengakibatkan perburuan besar-besaran yang menyasar satwa yang punya nilai jual tinggi. Seperti, gading gajah, kulit dan tulang harimau, sisik trenggiling, cula badak dan paruh burung rangkong.

Sebagai negara yang memiliki hutan dan satwa eksotik seperti badak Sumatera dan Jawa, harimau Sumatera, orangutan dan gajah Sumatera, Indonesia menjadi target kejahatan internasional.

“Karena terus diburu, akibatnya satwa-satwa di Indonesia semakin dekat menuju kepunahan karena terus diburu di alam,” ujar Amel.

Sementara itu, kejahatan ini belum mendapat penanganan yang serius dari pemerintah. Pasalnya, mengingat kejahatan ini sangat tersembunyi.

Amel menyebutkan, keadaan satwa yang sering diburu seperti badak Sumatera populasinya diperkirakan 300 ekor, badak Jawa sekira 60 ekor dan gajah Sumatera tinggal 1.700 ekor lagi, dan yang mendapat perhatian khusus yaitu harimau Sumatera dan orangutan yang juga kehilangan habitatnya.

“Apabila ini terus diburu, bukan tidak mungkin anak cucu kita nanti tidak akan mengenal satwa itu lagi,” ungkapnya.

Tambahnya, saat ini pihaknya melalui Global March for Elephant, Rhino, Tiger and Orangutan (GMFERTO) akan menyuarakan penghentian perburuan dan perdagangan satwa liar. Strategi yang dilakukan ialah mendorong pemimpin dunia untuk bertindak melarang perdagangan gading dan cula.

Aksi damai tersebut juga diikuti sekitar 200 orang, berasal dari LSM, mahasiswa, Dinas Kehutanan, BKSDA, komunitas pemuda dan puluhan anak-anak. [Randi]

Related posts