Pusing saat berdiri setelah duduk bisa berujung demensia

Detik.com

(KANALACEH.COM) – Kepala mendadak pening saat berdiri dari duduk sering dianggap sebagai gejala tekanan darah rendah. Namun, dalam sebuah riset yang dilakukan oleh peneliti dari Erasmus Medical Centre, Belanda, ditemukan bahwa pusing dalam posisi tersebut dapat berimplikasi demensia pada masa tua.

Melansir Daily Mail, penelitian yang dipublikasi dalam jurnal PLOS Medicine tersebut dilakukan dengan mengamati 6200 orang tanpa demensia selama 24 tahun.

Para peneliti dari Erasmus Medical Centre, Belanda, mengikuti ribuan orang yang berusia rata-rata berusia 68 tahun pada 2014, untuk melacak munculnya demensia.

Mereka kemudian menemukan rendahnya tekanan darah saat berdiri atau hipotensi orthostatik meningkatkan risiko penurunan kondisi tubuh hingga 15 persen.

Penurunan kondisi yang kerap memicu pusing saat berdiri tersebut menyebabkan hipoperfusi serebral sementara, atau kondisi berkurangnya pasokan darah ke otak. Berkurangnya pasokan darah ini diyakini oleh peneliti menyumbang pada disfungsi otak saat seseorang sudah memasuki masa lansia.

“Satu penjelasan yang mungkin dari penelitian ini adalah kejadian singkat hipoperfusi yang ditandai dengan penurunan tekanan darah secara tiba-tiba, yang dapat memicu hipoksia, atau kekurangan oksigen. Dampaknya sangatlah merugikan jaringan otak,” kata Arfan Ikram, salah satu penulis studi tersebut.

Peneliti menggolongkan mereka yang memiliki penurunan tekanan darah lebih dari 20 mmHg pada tekanan darah sistolik atau 10 mmHg pada diastolik selama tiga menit saat berdiri dari posisi duduk, memiliki hipotensi orthostatik.

Hipotensi orthostatik ini terjadi hampir pada satu dari lima orang dan bertanggung jawab akan peningkatan risiko terjadi demensia hampir 15 persen. Sekitar satu dari lima partisipan juga diketahui mengidap bentuk demensia selama 15 tahun.

Perbedaan tekanan darah sistolik saat berdiri dikaitkan dengan peningkatan risiko demensia sebesar delapan persen.

“Penelitian ini menyorot peran penting dari pasokan darah, bukan hanya berkontribusi pada demensia vaskular, namun berpotensi berperan penting dalam bentuk demensia lainnya juga,” kata Laura Phipps, peneliti dari Alzheimer Research, Inggris.

“Sementara banyak penelitian berfokus pada risiko tekanan darah tinggi, penelitian ini menunjukkan tekanan darah rendah sementara juga dapat berdampak panjang pada otak,” kata Phipps.

Phipps menambahkan, meski risiko yang ditemukan penelitian ini tergolong kecil dibanding semua faktor risiko demensia, namun temuan ini menambah gambaran yang lebih kompleks perubahan tekanan darah dan dampaknya pada tubuh. [CNN]

Related posts