Adidas produksi sepatu dari daur ulang sampah plastik

Jakarta (KANALACEH.COM) – Plastik merupakan material yang mudah diproduksi dan tahan lama. Produknya sangat beragam, dari wadah makanan, aneka kemasan, peralatan rumah tangga, perlengkapan medis, hingga material kendaraan bermotor. Masalahnya, limbah plastik kian menumpuk setiap hari.

Plastik tak bisa hancur lewat proses alami dan bertahan sangat lama di alam. Dibutuhkan 500-1.000 tahun bagi plastik agar terdegradasi, tapi tetap saja akan menyisakan partikel mikroplastik yang berbahaya bagi makhluk hidup. Pemusnahan secara konvensional, seperti dibakar, hanya akan menambah kadar polutan di udara.

Volume sampah plastik mencapai 300 juta ton setiap tahun, 8 ton di antaranya mengalir ke laut. Ini setara dengan lima kantong plastik setiap 30 sentimeter di sepanjang garis pantai dunia dan kurang dari 8 persen yang didaur ulang. Mendaur ulang plastik menjadi material dengan fungsi yang berbeda dengan usia pakai lebih lama menjadi cara cukup efektif untuk mengurangi volume limbah.

Adidas, produsen peralatan olahraga asal Jerman, memproduksi sepatu dari sampah plastik daur ulang. Mereka bekerja sama dengan organisasi lingkungan, Parley for the Oceans, untuk membuat sepatu UltraBOOST Uncaged Parley. Sekitar 95 persen sepatu itu dibuat dari sampah plastik dari perairan Kepulauan Maldives.

Tahun lalu, mereka membuat purwarupa sepatu menggunakan mesin cetak tiga dimensi. Sekitar 7.000 pasang sepatu ini akan dipasarkan di toko dan secara online pada pertengahan November seharga US$ 220 (Rp 2 juta). Tahun depan, Adidas berencana membuat sejuta pasang sepatu menggunakan sampah plastik dari Parley Ocean Plastic.

Selain sepatu, perusahaan itu membuat perlengkapan sepak bola yang terbuat dari hasil daur ulang limbah plastik untuk klub Bayern Muenchen dan Real Madrid. “Tujuan utama kami adalah menghapus plastik murni dari jaringan suplai,” kata Eric Lietdke, anggota Dewan Komisaris Adidas, seperti ditulis The Verge, pekan lalu.

Menurut pendiri Parley for the Oceans, Cyrill Gutsch, upaya menyelamatkan laut dari sampah plastik tak bisa dilakukan sendiri. Setiap orang bisa memberikan kontribusi. “Industri kreatif bisa merancang kembali material, produk, dan model bisnisnya. Adapun konsumen membantu dengan meningkatkan angka permintaan.”

Perusahaan start-up di Amerika Serikat, ByFusion, mendaur ulang sampah plastik di laut menjadi bahan bangunan. Produk bernama RePlast itu memiliki kekuatan seperti bata konvensional yang dibuat dari pasir dan semen, namun lebih ringan dan kokoh. RePlast dibuat dengan memadatkan semua jenis plastik tanpa perlu pemilahan atau pencucian.

Sistem RePlast dapat memadatkan serpihan plastik menjadi bongkahan dengan beragam bentuk dan kepadatan sesuai dengan pesanan. Mesin pencetak dirancang khusus agar bisa dipindahkan dengan mudah dan cukup kecil untuk dimasukkan ke dalam kontainer untuk dikapalkan.

RePlast tak membutuhkan semen atau larutan perekat lain, seperti bata konvensional. Bata plastik ini dipasang dengan menggunakan batang logam dan baut konstruksi. Dibuat dari aneka jenis plastik, tampilan RePlast cukup menarik karena berwarna-warni. Struktur bata plastik ini bisa diperhalus dengan menggunakan lapisan semen biasa.

Penggunaan RePlast dinilai bisa meningkatkan status “bangunan hijau” karena dibuat dari produk netral karbon dan melalui proses produksi yang tak beracun. Emisi gas rumah kaca dalam produksi RePlast disebut 95 persen lebih rendah ketimbang bata konvensional. Saat ini, bongkahan RePlast sudah dirancang untuk material dinding dan pembatas jalan. [Tempo]

Related posts