YLKI sebut 8,73 persen pompa SPBU bermasalah

Diam-diam harga Pertalite naik, ini daftar harganya dari Aceh hingga Papua
Ilustrasi. (katadata.co)

Jakarta (KANALACEH.COM) – Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyatakan, hampir 10 persen selang pompa (nozzle) yang dipasang di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) DKI Jakarta tidak tepat takaran dalam mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke kendaraan konsumen.

Hasil itu didapat dari penelitian YLKI dengan mengambil sampel 229 nozzle yang tersebar di 48 SPBU di Jakarta antara 22 September hingga 27 Oktober 2016 kemarin. Sebanyak 20 nozzle, atau 8,73 persen dari jumlah sampel, ketahuan tidak tepat takaran.

YLKI menemukan 14 dari 20 nozzle bermasalah tersebut menyalurkan BBM dengan takaran yang kurang dari angka seharusnya. Sebaliknya, enam nozzle sisanya kedapatan menyalurkan BBM dengan takaran berlebih.

Staf Peneliti YLKI Natalia Kurniawati mengatakan, penelitian ini membuktikan bahwa slogan Pasti Pas milik PT Pertamina (Persero) tidak berlaku di semua SPBU. Kendati ada nozzle yang tidak menyalurkan BBM secara pas, setidaknya ada 91,26 persen nozzle yang berfungsi secara wajar.

Dalam menilai kewajaran nozzle, Natalia mengacu pada dua kriteria utama. Pertama adalah batas toleransi yang diterapkan Pertamina, di mana rentang toleransi kelebihan dan kekurangan takaran BBM yang bisa diterima adalah 60 mililiter (ml) untuk setiap 20 liter.

Sementara itu, kriteria lainnya adalah takaran wajar sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 2 tahun 1981 dan Keputusan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri 37/PDN/KEP/3/2010 dengan batas toleransi wajar 100 ml per 20 liter.

“Tidak tepatnya takaran ini memang penting untuk diperhatikan, karena implikasinya ada dua. Jika BBM yang disalurkan kelebihan, bisa menimbulkan kerugian bagi pengusaha. Sedangkan di sisi lain, konsumen bisa merugi jika BBM yang disalurkan lebih kecil dari takaran,” terang Natalia, Senin (21/11).

Lebih lanjut ia mengatakan, jumlah kelebihan takaran terbesar terjadi pada angka 134 ml per 20 liter. Sementara itu, kekurangan takaran terbesar terjadi di angka 99,5 ml per 20 liter. Uniknya, kedua kasus ini terjadi di SPBU Plumpang Semper dengan kode SPBU 34-14103.

Mengingat tak semua SPBU memiliki takaran yang pas, ia mengimbau konsumen untuk meminta takaran ulang jika memang tidak yakin dengan jumlah BBM yang masuk ke dalam kendaraan. Di samping itu, ia juga berharap SPBU melakukan uji tera dua kali dalam setahun untuk mencegah kelebihan dan kekurangan takaran BBM yang murni disebabkan karena usia peralatan.

“Uji tera yang berkala ini memang perlu dilakukan, apalagi bagi SPBU yang memang frekuensi pelanggannya sangat banyak,” jelasnya.

Sementara itu, Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan, perusahaan tidak akan menganggap remeh temuan ini. Menurutnya, Pertamina telah melakukan berbagai cara untuk menjaga akurasi takaran BBM.

Sebagai contoh, perusahaan pernah menyegel nozzle di salah satu SPBU karena angka di layar SPBU (IC Meter) pernah bermasalah. Selain itu, perusahaan kerap memakai sistem mystery guest, di mana auditor menyamar menjadi konsumen, di dalam mengaudit takaran beberapa SPBU.

“Kami sangat mengapresiasi temuan ini karena kami butuh konsumen di luar sana yang bersuara terkait kualitas takaran SPBU. Kami tidak hanya akan mengawasi secara lebih ketat, namun kami juga terus melakukan action agar pekerjaan kami memenuhi standar,” ujar Wianda. [CNN]

 

Related posts