Wapres instruksikan penanganan khusus soal penyakit antraks

Ilustrasi. (Antara)

Jakarta (KANALACEH.COM) – Pemerintah menyoroti kasus antraks yang belakangan diketahui telah menyerang warga di wilayah Yogyakarta.

Penyakit kulit yang disebabkan oleh kuman itu menjadi sorotan karena warga dibuat resah oleh kabar yang menyebut wabah antrak telah menular ke sejumlah orang.

Wakil Presiden Jusuf Kalla menegaskan harus ada perlakuan khusus terhadap terduga pasien yang terjangkit antraks. Perawatan spesial dianggap perlu agar penyakit itu tidak menjalar dan bisa segera ditangani dengan baik.

“Harus ada perlakuan khusus terhadap mereka para pasien ini,” kata Jusuf Kalla seperti diberitakan Antara di Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (22/1).

Penyakit menular pada ternak yang disebabkan oleh kuman Bacillus anthracis itu membuat resah karena bisa menyerang manusia.

Efek yang ditimbulkan oleh kuman itu bisa menjangkit kulit hingga menyebabkan bisul bernanah.

Penyakit menular itu sempat menyerang warga di daerah Kulon Progo, Yogyakarta. Dari sejumlah orang yang diperiksa oleh pihak dinas kesehatan, satu di antaranya dinyatakan positif terjangkit antraks.

“Tapi itu sudah kami tangani. Jadi saya harap publik tidak perlu resah lagi,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kulon Progo, Bambang Haryatno, saat dihubungi CNNIndonesia.com.

Bambang menyatakan, Dinas Kesehatan bersama tim pemantau dari pelayanan kesehatan telah melokalisir tempat-tempat yang menjadi aduan warga terkait dugaan antraks.

Langkah preventif dan tindakan itu dilakukan karena pihak dinas mencurigai beberapa kasus penyakit kulit seperti melepuh yang menyerupai gejala antraks pada Desember 2016.

Sebelumnya, Dinkes Kulon Progo telah menjalin koordinasi dengan RSUP Sardjito Yogyakarta yang diketuai Prof Fajar meninjau lokasi langsung, dan melakukan pemeriksaan terhadap empat orang.

Dokter ahli kulit dan penyakit dalam itu awalnya mendiagnosa warga terkena gigitan tomcat. Setelah dilakukan uji laboratorium dan observasi, ternyata empat orang tersebut positif antraks.

Kemudian, pada 11 Januari tim kembali terjun ke lapangan. Dari situ diperoleh informasi, ada salah satu warga yang sapinya sempoyongan dan disembelih. Dagingnya dibagi-bagikan kepada warga.

Setelah meminta warga menunjukan lokasi disembelihnya sapi. Ternyata, dari lokasi penyembelihan, petugas menemukan spora antraks.

Wabah antraks itu belakangan semakin membuat resah warga setelah beredar kabar virus itu memakan lebih banyak lagi korban.

Lewat pesan berantai dan media sosial, warga diresahkan oleh beredarnya surat pemberitahuan dari RSUP Sardjito kepada Dinas Kesehatan Sleman yang mengabarkan seorang pasien berinisial HA kelahiran 18 Maret 2008 meninggal akibat virus antraks.

Pesan berantai tersebut meminta agar masyarakat menghindari wilayah Godean dan Sardjito. Dalam pesan berantai tersebut, warga dilarang untuk memakan daging sapi.

Baik Dinas Kesehatan Sleman maupun RSUP Sardjito membantah isi surat tersebut.

Kepala Dinas Kesehatan Sleman Nurulhayah menegaskan isi surat tersebut ngawur. Menurutnya, HA meninggal akibat radang selaput otak. Hasil uji laboratorium RSUP Sardjito yang menyatakan HA positif terjangkit bacillus anthracis atau antraks masih didalami. [CNN]

Related posts