Darni: Selamat datang di Istana Cot Paya

Darni: Selamat datang di Istana Cot Paya
Prof Dr H Darni M Daud. (Kanal Aceh/Fahzian Aldevan)

WAJAH lelaki paruh baya itu tampak tersenyum sumringah ketika beberapa pemuda menghampirinya. Teriknya matahari di kawasan Cot Paya, Aceh Besar tak memberi pengaruh pada hiruk-pikuk aktivitas yang dilakoninya.

“Selamat datang di Istana Cot Paya,” sambut lelaki itu disebuah bilik baru di daerah Cot Paya, Aceh Besar, Sabtu (22/7). Lelaki itu adalah mantan Rektor Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Prof Dr H Darni M Daud, MA.

Hari itu, Darni mengenakan setelan koko putih lengan pendek. Gerak-gerik tangannya tergambar jelas begitu semangat membuka pembahasan kondisi ekonomi di Aceh.

“Aceh harus punya sentral ekonomi yang luas, karena ekonomi saat ini ialah proses pembangunan di Aceh kedepan,” katanya di depan beberapa mahasiswa sembari menunjukkan perencanaannya membuka pertenakan itik di tanah seluas dua setengah hektare itu.

“Ini masih program asimilasi, Insya Allah saat saya sudah bebas nanti baru kita lanjutkan,” sambung lelaki kelahiran 25 Juli 1961 itu.

Mantan Rektor dua periode di kampus berjulukan jantung hati rakyat Aceh ini sebentar lagi akan menghirup udara segar dikarenakan masa tahanannya tinggal menghitung hari, selama 4 tahun ia mendekam dijeruji besi Rumah Tahanan (Rutan) Kajhu, Aceh Besar.

Dikatakannya, saat ini dirinya masih menunggu proses transisi sampai tanggal 4 Desember 2017 nanti untuk mendapatkan remisi.

Ia mengakui musibah yang menimpanya hingga harus mendekam dibalik jeruji besi bertahun-tahun merupakan pengalaman terpahit namun selama menjalaninya banyak juga pelajaran hidup ia dapatkan.

“Saya masuk penjara karena banyak orang memilih proyek semata. Hal ini banyak ketika saya menjadi calon gubernur saat itu,” ungkap Darni.

Ditanyai apakah nantinya saat bebas akan kembali kependidikan dirinya tidak menepis kemungkinan. Namun dalam proses belajar mengajar setidaknya akan banyak ia kurangi. Darni mengaku ingin memulai dibidang ekonomi yakni membuka usaha ternak itik.

“Iya saya tetap mengajar karena itu sudah menjadi kewajiban, namun saya lebih utamakan di ekonomi dulu,” ujarnya.

Melihat perawakannya, Darni memang tidak muda lagi, namun semangatnya dalam membangun kehidupan yang harus ia mulai dari nol kembali terus ia lakukan bahkan sangat gesit untuk membuka terobosan-terobosan baru.

Bahkan, dirinya telah berencana akan memanenkan 100.000 bibit itik untuk memulai usaha ekonominya. Darni menilai permainan dan perkembangan politik di suatu daerah dilihat dari bagaimana kemakmuran ekonomi masyarakatnya.

“Politik itu akan stabil jika ekonomi masyarakat stabil dan sehat, kalau tidak bagaimana politik kalau masih lapar,” katanya sambil mengelekkan kepalanya.

Selain itu ditanyai tentang apakah Darni sudah memaafkan orang-orang yang telah melibatkannya hingga harus mendekam di balik jeruji besi. Dirinya mengatakan saat ini Darni sudah memaafkan kasus yang telah melibatkan dia namun ia tidak bisa melupakannya.

“Ya kita harus menjalani saja, karena membuat dendam itu hanya membuat hati ini semakin terkikis, tentu saya tidak lupa dan itu pedoman saya untuk pembelajaran kedepan,”katanya. [Fahzian Aldevan]

Related posts