Dua investor buka kebun sawit di Aceh Barat

Parlemen Eropa tak ikhlas sawit Indonesia maju
Ilustrasi - Pekerja mengumpulkan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit hasil panen di Desa Seumanah Jaya, Rantoe Peureulak, Aceh Timur, Aceh, Minggu (9/10). (Antara Foto)

Meulaboh (KANALACEH.COM) – Dua pengusaha swasta lokal yang bergerak di sektor perkebunan kelapa sawit berencana menanamkan investasi mengelolala lahan hak guna usaha di Kabupaten Aceh Barat.

Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunak) Aceh Barat, Said Mahjali, di Meulaboh, Kamis (28/9) mengatakan, saat ini keduanya masih dalam proses pengurusan rekomendasi izin dari Pemkab Aceh Barat dan Badan Pertanahan Nasional (BPN).

“Kedua investor ini bergerak di sektor perkebunan kelapa sawit, masih dalam proses izin, kita di daerah tingkat dua hanya bersifat memberi rekomendasi, termasuk dari BPN. Kalau untuk izin HGU dikeluarkan Provinsi Aceh,”sebutnya seperti dilansir laman Antara.

Ada pun kedua perusahaan tersebut, yakni PT Juli Prima, perusahaan tersebut telah mengajukan permohonan izin usaha untuk menggelola sekitar 600 hektare lahan, di Kecamatan Arongan Lambalek, yang masih dalam wilayah Kabupaten Aceh Barat.

Said mengatakan untuk perusahaan itu sudah turun izin rekomendasi dari BPN Aceh barat dengan luas sekitar 400 hektare, tidak diberikan penuh sesuai pengajuan karena berdekatan dengan lahan bergambut yang tidak boleh dikonversi menjadi perkebunan.

Kemudian yang kedua PT Mulia Makmur, perusahaan itu memohon izin garapan lahan seluas 180 hektare di Kecamatan Woyla Induk, adapun lahan yang diajukan perusahaan tersebut merupakan tanah yang sudah bebas atau dibeli dari masyarakat.

“Untuk PT Mulia Makmur, izinnya boleh dikeluarkan oleh Pemkab Aceh Barat atas rekomendasi semua pihak yang terkait karena luas area yang akan digarap di bawah 200 hektare, itu semua lahan masyarakat yang sudah di beli,”imbuhnya.

Ia mengatakan selain mengelola lahan perkebunan, PT Juli Prima juga berencana mendirikan industri hilir yakni Pabrik Kelapa Sawit (PKS) untuk pengolahan minyak mentah atau “crude palm oil” (CPO) yang berkapasitas 20 ton/jam.

Said Mahjali menuturkan, kehadiran investor tersebut disambut baik oleh pemerintah, seiring dengan terbukanya peluang investasi, hal tersebut juga diharapkan mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat dan daerah setempat.

Sebab, apabila perusahaan itu sudah beroperasi, maka akan menampung tenaga kerja lokal, demikian halnya dengan dibukanya industri pengolah minyak mentah, tentunya akan menyerap tenaga kerja angkatan baru yang ahli dibidangnya sesuai kebutuhan.

“Pastinya kehadiran usaha itu, nantinya akan memberi dampak positif, akan tertampungnya tenaga kerja lokal. Ini merupakan komitmen pemerintah membuka lapangan kerja baru dengan menggait para investor masuk ke Aceh,”tuturnya.

Ia mengatakan ada satu investor lain yang sudah mengajukan permohonan izin pengarapan lahan kebun di Kecamatan Pante Ceureumen dan Kecamatan Panton Reu, yakni PT Tenaga Nusa Inti, izin mereka sedang ditindak lanjuti Provinsi Aceh.

Kehadiran investasi ke daerah tersebut menurut dia, menunjukkan Aceh Barat sangat terbuka dan kondusif, Pemerintah Daerah akan terus mendorong perusahaan-perusahaan untuk terus berproduksi sehingga ke depan bisa terbangun industri hilir.

Ia mengatakan sudah saatnya di Aceh Barat hadir industri/ pabrik refinery untuk mengolah minyak mentah menjadi bahan mutu jadi yang kemudian di ekspor ke luar, sebab selama ini produksi CPO cukup besar, namun dibawa ke luar masih berbentuk mentah.

“Apalagi Gubernur Aceh Irwandi Yusuf, saat ini kita dengar tengah mendatangkan investor refinery, kita berharap penempatan perusahaan itu nantinya di Aceh Barat, kita sudah siap menerima karena banyak PKS di daerah kita,” katanya.[]

Related posts