Save Guard Tower, gedung kebencanaan di Banda Aceh

Banda Aceh rawan bencana, Pemko diminta kaji kembali infrastruktur
Gedung Save Guard Tower (SGT) di halaman kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Banda Aceh, Kamis (21/12). (Humas Banda Aceh)

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Walikota Banda Aceh, Aminullah Usman meresmikan Gedung Save Guard Tower (SGT) yang terletak di halaman kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Banda Aceh, Kamis (21/12).

Peresmian gedung ini ditandai dengan pemotongan pita oleh Aminullah bersama President Nippon Steel & Sukimin Metal Products, Mr Tomoaki Nakagawa.

Para tamu dari Jepang yang hadir disuguhkan penampilan tarian Rapa’I Geleng dari sanggar Seulawet dan penampilan Debus dari Grup Debus Gemilang.

Dalam sambutannya, Aminullah mengatakan gedung yang terdiri dari empat lantai ini sangat penting bagi masyarakat Kota Banda Aceh, terutama terkait dengan siaga kebencanaan. Gedung ini diharapkan menjadi salah-satu alternatif dalam upaya penyelamatan dari bencana seperti gempa dan tsunami.

“Gedung ini merupakan sarana infrastruktur kebencanaan dan escape building keenam yang sudah ada di Kota Banda Aceh. Kami mengucapkan terimakasih kepaada Unsyiah yang telah menfasilitasi serta pihak Nippon Steel & Sumikin Metal Products yang membantu Pemerintah Kota Banda Aceh membangun gedung ini,” ujarnya.

Peresmian Gedung Save Guard Tower (SGT) di halaman kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Banda Aceh, Kamis (21/12). (Humas Banda Aceh)

Meskipun demikian, lanjut Aminullah, gedung ini masih memerlukan penyempurnaan lebih lanjut, seperti penambahan akses bagi difabel untuk menuju lantai tiga dan empat, dan akan disempurnakan.

Menurut Aminullah, Banda Aceh merupakan daerah rawan bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor dan bencana tectonic geophysical seperti gempa, tsunami dan gunung meletus. Karenanya, Pemerintah Kota akan melakukan beberapa langkah serta strategi demi mewujudkan Banda Aceh menjadi kota yang tangguh bencana.

“Selain memperkuat kerangka hukum untuk pengurangan resiko bencana, kita juga meningkatkan akuntabilitas tata kelola penanggulangan bencana yang lebih baik, peningkatan efektifitas penanganan darurat bencana, optimalisasi pemulihan dampak bencana dan meningkatkan kapasitas dan partisipasi masyarakat serta kemitraan demi pengurangan resiko bencana di Kota Banda Aceh,” katanya.

Lanjut Aminullah, sebagai catatan, survey yang dilakukan oleh LIPI bekerja sama dengan Nagoya University dan Nara University Jepang menunjukkan persentase, bahwa faktor yang membuat kebanyakan korban selamat dari bencana adalah faktor kesiapsiagaan diri, dengan persentasenya sebesar 35%.

Lalu diikuti oleh faktor bantuan yang datang dari anggota keluarga sendiri sebesar 31,9%, dari tetangga atau lingkungan sebesar 28,1%.

“Sedangkan faktor dari orang atau masyarakat (kelompok masyarakat) lain yang jauh cuma sebesar 2,6% saja. Bahkan tim SAR hanya menyumbang 1,7% saja dalam menyelamatkan korban bencana,” ungkapnya.

Survey ini menunjukkan, bahwa penting sekali untuk menyiapkan masyarakat Kota Banda Aceh yang siaga terhadap bencana karena tidak bisa ditebak kapan akan terjadi.

“Karenanya saya mengajak semua pihak untuk senantiasa ikut peduli dan terlibat aktif dalam berbagai simulasi, mitigasi dan pelatihan kebencanaan,” ajak Aminullah.

Sementara itu, Tomoaki Nakagawa menyampaikan bahwa gedung evakuasi dengan struktur rangka baja di Banda Aceh ini merupakan gedung pertama yang dibangun pihaknya di luar Jepang.

“Pada 2011 kami mengalami bencana tsunami dan menyebabkan banyak kerusakan dan korban jiwa. Setelah itu kami mulai mengembangkan bangunan dengan struktur baja yang digunakan di Jepang. Gedung ini merupakan gedung pertama yang kami bangun diluar Jepang,” ungkap Nakagawa.

Di akhir acara seremonial peresmian, Walikota menyerahkan sertifikat kepada Nippon Steel & Sukimin Metal Products dan laboratorium terpadu Unsyiah sebagai bentuk penghargaan dari Pemerintah Kota.

Pada kesempatan ini juga dilakukan simulasi evakuasi bencana dengan peserta para murid SD Bayangkari, Banda Aceh yang dipandu oleh petugas BPBD Kota Banda Aceh dan relawan RAPI Kota Banda Aceh.

Turut hadir pada peresmian ini penasehat ekonomi Kedutaan Besar jepang Shigemi Endo, Naoto Tada dari Jica Expert, Sekdakota Banda Aceh Ir Bahagia, Kepala Laboratorium Terpadu Unsyiah, Dr Muzailin Affan, anggota DPRK Banda Aceh, Kepala BPBD Banda Aceh Fadhil S Sos, para Kepala SKPK dan sejumlah tokoh masyarakat. [Aidil/rel]

Related posts