Mengenal Masjid warisan Ottoman

(Republika)

(KANALACEH.COM) – Masjid Nusretiye merupakan salah satu bangunan tempat ibadah peninggalan kejayaan Dinasti Turki Utsmani (Ottoman) di wilayah Istanbul, Turki. Masjid ini dibangun pada 1823 M hingga 1826 M, sebagai bagian dari proyek pembangunan kembali barak militer di kawasan Tophane, sebelah barat Selat Bosphorus. Proyek tersebut digagas oleh pen- guasa Ottoman saat itu, Sultan Mahmud II (1784-1839 M).

Yulianto Sumalyo dalam bukunya yang bertajuk Arsitektur Masjid dan Monumen Sejarah Muslim memaparkan, Sultan Mahmud II memilih lokasi tempat pembangunan masjid di lokasi yang sebelumnya Sultan Selim III (1761-1808 M) mendirikan masjid kecil ber dinding kayu. Masjid yang didirikan oleh Sultan Selim III ini musnah terbakar dalam sebuah peristiwa kebakaran pada 1823, dikenal dengan tragedi Firuzaga.

Sejak berdiri, bangunan Masjid Nusretiye pernah mengalami beberapa kali reno- vasi. Pemerintah Turki melakukan restorasi pertama kali terhadap keseluruhan bangu- nan masjid antara 1955 dan 1958. Kemudian, antara 1980 dan 1992 dilakukan renovasi ter- hadap beberapa bagian bangunan masjid.

Sultan Mahmud II menunjuk Krikor Amira Balyan sebagai arsitek yang akan meran- cang dan mendesain bangunan masjid baru ini. Keluarga Balyan dikenal sebagai keluarga arsitek berdarah Ar menia pada abad ke-18 M hingga 19 M. Sejarah mencatat sembilan anggota keluarga Balyan pernah ditunjuk menjadi arsitek resmi Kesultanan Ottoman.

Krikor merupakan generasi pertama dari keluarga Balyan yang menjadi arsitek Kerajaan Ottoman.

Arsitektur masjid yang dibangun pada abad ke-19 M ini terlihat mengalami peruba- han besar. Perubahan tersebut kemungkinan terjadi karena penga ruh westernisasi yang gencar dilakukan oleh Sultan Selim III dan Mahmud II. Yang paling menonjol adalah pengaruh Baroque, suatu gaya arsitektur yang tumbuh setelah masa renaisans yang be gitu sarat dengan dekorasi dan or namen.

Ornamen-ornamen yang menjadi ciri khas gaya Baroque memenuhi seluruh bagian bangunan masjid, termasuk din ding, jendela, serta garis-garis batas an tara satu bidang dan bidang yang lainnya. Namun, sang arsitek berupaya melaku kan terobosan baru dengan tidak menggunakan bentuk ornamen Baroque yang lurus-lurus. Namun, lebih banyak ber bentuk lengkung-lengkung yang terlihat seperti gelombang air dan mengikuti bentuk sinusoida.

Dari segi denah atau tata letak, pengaruh Eropa juga menonjol pada masjid ini, terutama bentuk denah yang sudah tidak lagi hypostyle. Teras depan atau porticomasjid di apit oleh unit yang menjorok ke depan dengan bagian ujung kiri dan kanannya beratap limasan, yang merupakan adopsi dari bentuk arsitektur Eropa klasik. Dalam arsitektur Islam, konstruksi seperti ini merupakan elemen baru yang tidak ditemui pada ba ngunan- bangunan masjid sebelumnya. [Republika.co.id]

Related posts