Menjadi santri zaman now

Ustaz Khumaini Rosadi. (republika.co.id)

Santri zaman now. Kaya apa sih santri zaman now itu? Santri zaman now itu santri yang tidak hanya bisa membaca kitab kuning atau menghafal alquran. Santri zaman now itu, harus punya banyak kebisaan, pengalaman, berpendidikan, dan mengikuti perkembangan teknologi kekinian.

Santri zaman now itu harus bisa berbahasa asing, minimal menguasai dan cakap dalamBahasa Arab dan Bahasa Inggris, syukur-syukur bisa berbahasa Belanda, Perancis, Jerman, Korea, canton, mandarin, Jepang, dan sebagainya. Santri zaman now itu harus berwawasan luas, fleksibel, lugas, dan banyak bergaul dengan berbagai kalangan.

Santri zaman now itu tidak lagi berpakaian lusuh dan berpeci kupluk. Santri zaman now itu bisa berpeci putih seperti pak haji dan tetap bisa bersarung meskipun di luar negeri. Santri zaman now itu tidak lagi ngaji di kobong, tetapi bisa memberikan kajian di Hong Kong.

Santri zaman dulu adalah orang yang mengenyam pendidikan agama di Pondok Pesantren, bertahun-tahun, pulangnya hanya sebulan sekali kalau pesantren modern. Tetapi santri sekarang bisa juga belajar melalui majlis-majlis taklim yang tidak menginap di sebuah pondok pesatren.

Karena siapa saja yang belajar ilmu agama bisa disebut sebagai santri. Tetapi ada kelas-kelasnya. Ada santri tradisional yang memang menginap di Pesantren berkamar sederhana dan masak sendiri.

Ada santri modern yang diistilahkan sekarang dengan Boarding School, berasrama putra-putri dan pakaiannya dilaundry. Ada santri kalong yang belajarnya di malam hari, pagi sampai sore bekerja, malam belajar lagi. Ada santri Pasaran yang setiap bulan Ramadhan ikut belajar kitab di pondok pesantren.

Ada santri binaan yang pelajarnya adalah para narapidana di lembaga pemasyarakatan (Lapas) atau para waria dan wanita tuna susila yang sudah bertaubat.

Republika.co.id

Siapa saja boleh menjadi santri. Bisa disebut santri. Selama mau belajar dan mematuhi pesan-pesan Kiai.

Kiai adalah sebutan untuk guru yang mengajarkan santri. Juga tidak ada kata terlambat untuk menjadi santri. Tua atau muda. Jangan menunda sampai tua untuk menjadi santri. Untuk belajar pun tidak harus di pesantren, bisa juga aktif pengajian di majlis-majlis taklim. Tentunya, harus dimulai dari kemauan diri sendiri yang kuat.

Berusaha untuk bergaul dan berkumpul dengan orang-orang baik yang cenderung taat kepada agama, maka akan menjadikan diri sendiri seperti santri.

Dalam mengenyam pendidikan agama atau menjadi santri tidak bisa seperti mie.

Sebulan dua bulan langsung jadi. Langsung pandai membaca alquran. Tidak. Karena untuk menjadi santri butuh waktu. Perlu proses. Seperti besi yang dibakar dulu oleh pandai besi sehingga bisa menjadi tajam laksana belati. Begitu juga santri, harus ditempa dulu dengan berbagai ilmu dan bersabar dalam memahami ilmu.

Karena orang yang belajarnya Cuma sebentar, ilmunya belum matang. Masih setengah dan mudah berubah. Sebab syarat menjadi santri ada enam. Kecerdasan, kemauan, kesabaran, biaya, petunjuk guru, dan waktu yang lama.

Banyaknya ajaran-ajaran yang menyimpang saat ini, bisa disebabkan karena proses mendapatkan ilmu yang tidak matang.

Maunya cepat matang seperti buah dalam karbit, matang luarnya tetapi masam rasanya. Semoga kita bersabar menjadi santri, bersabar dalam menuntut ilmu. Sehingga ilmu yang didapatkan menjadi ilmu yang barokah dan bermanfaat.

*Penulis: H. Khumaini Rosadi, SQ, M.Pd.I

Corps Dai Ambassador Dompet Dhuafa (CORDOFA), Tim Inti Dai Internasional dan Multimedia (TIDIM) LDNU.

Related posts