Kata Wisatawan Asing saat Melihat Tradisi Kanduri Laot

Wisatawan menyaksikan atraksi Budaya Kanduri laot di Sabang. (Foto: Hen Lampakuk)

Sabang (KANALACEH.COM) – Industri pariwisata di Sabang telah memiliki keunggulan dalam segi geografis dan lintas budaya yang disajikan pada wisatawan. Salah satu atraksi wisata budaya itu ialah Kanduri Laot yang mulai memiliki peminatnya.

Festival yang sudah digelar sejak 2018 ini, ternyata memikat hati wisatawan mancanegara untuk bisa menyaksikan budaya laut di wilayah pesisir Aceh. Pantauan dilokasi, sebelum di mulai, wisman begitu serius mengabadikan momen ketika nelayan di peusejuk (tradisi tepung tawar) di atas kapal, sebelum atraksi tarik pukat dilakukan.

Sejumlah wisatawan asing mengaku sangat menikmati dan kagum terhadap tradisi Kanduri Laot di Sabang. Mereka mengaku penasaran dengan tradisi ini.

Baca: Akhir Pekan di Sabang, Ada Festival Kenduri Laot dan Kuliner

“Ini pertama kali kami ke Sabang, kebetulan kami dapat jadwal bahwa ada di Sabang tradisi budaya nelayan, makanya kami penasaran ingin menontonnya,” ujar salah seorang wisatawan asal Yunani, Andrero Costas disela kegiatan Kanduri Laot di pelabuhan CT 3 Sabang, Sabtu (30/3).

Andrero yang sudah berada di Sabang selama 3 hari itu mengaku sempat mengelilingi Pulau Sabang dan berwisata di Iboih, dan sejumlah desa lainnya untuk mencari tahu seperti apa adat nelayan di Sabang.

Menurutnya, tradisi Kanduri Laot di Sabang kental akan adat dan budayanya. Tak heran, kata dia, nelayan dan masyarakat Sabang masih melestarikannya hingga kini.

“Ini sangat bagus. Kami jarang melihat budaya yang dibalut dengan wisata seperti ini, saya rasa ini harus tetap berkembang,” ucap Andrero.

Tidak bisa dipungkiri, perkembangan zaman yang semakin modern dan canggih membuat sebagian budaya dan adat lokal Aceh pudar. Ini tentunya harus dibangkitkan kembali dan perlu melestarikan adat istiadat di Aceh, khususnya adat Kanduri Laot yang sudah turun temurun dilaksanakan.

Ini juga sebagai wadah sosialisasi kearifan lokal tentang laut. Apalagi keberadaan Panglima Laot menjadi penting dalam tatanan kehidupan sosial nelayan di Aceh. Lembaga Panglima Laut bisa menjadi mediator bila ada selisih atau sengketa antar nelayan.

Filosofi yang terpenting dari Kenduri Laot adalah rasa syukur seluruh nelayan terhadap apa yang telah didapatkan dari laut. Laut menjadi sumber rezeki bagi nelayan yang tinggal di pesisir, khususnya masyarakat Sabang.

Festival ini bisa menjadi daya tarik wisatawan mancanegara datang ke Sabang. Mereka selama ini tidak pernah melihat kebiasaan nelayan yang ada di Aceh saat sebelum dan sesudah melaut. [Randi]

Related posts