Dilema Penambang Sumur Minyak di Aceh Timur

Foto yang di ambil dengan menggunakan drone di lokasi kebakaran sumur minyak di Desa Pasi Putih, Kecamatan Ranto Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, Kamis (26/4). (Foto: Bastin- Komunitas Aceh Flight Drone)

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Setahun sudah peristiwa terbakarnya sumur minyak di Ranto Peurelak, Aceh Timur. 28 penambang jadi korban atas tragedi itu. Dan puluhan lainnya mengalami luka-luka.

Kini, tambang minyak di Aceh Timur itu sudah ditutup oleh pihak yang berwenang. Tapi masyarakat di sana tetap menambang minyak secara sembunyi-sembunyi. Karena, tidak ada solusi lain yang ditawarkan oleh pemerintah terkait dilarangnya aktivitas menambang minyak.

Keuchik Desa Alue Udep, Kecamatan Ranto Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, Hamzah mengakui bahwa saat ini masyarakat di desanya masih banyak yang menambang minyak.

Kata dia, ada sekitar 1.700 sumur minyak yang ada di wilayah Ranto Peurelak. Dan sekitar 1.000 sumur yang aktif ditambang oleh warga hingga kini.

Baca: Masyarakat menanti solusi kelola sumur minyak

Mereka nekat melakukan itu karena tidak ada mata pencarian lain. Ia juga sudah berulang kali memperingati warganya, tapi Hamzah malah mendapat cemohan dari warga.

“Sampai saat ini mereka masih menambang juga meski sudah dilarang. Tapi mau gimana lagi, mereka tidak punya lagi pekerjaan selain itu. Mereka mengambilnya secara sembunyi,” kata Hamzah saat ditemui di salah satu warkop di Lampaseh, Banda Aceh, Jumat (5/4).

Baca: Sumur pengeboran Minyak di Peureulak terbakar

Bahkan warga tidak peduli lagi dengan maut, seperti peristiwa terbakarnya sumur minyak pada 25 April 2018 lalu. “Kalau kita larang, warga malah mengatakan ‘lebih baik mati dilokasi ini untuk cari makan dari pada kami kelaparan’,” kata Hamzah menirukan perkataan warga disana saat dilarang.

Pihaknya bersama aparat setempat sudah memasang pamplet dan selebaran larangan, agar warga tidak lagi mencari minyak di sumur yang dulunya pernah terbakar.

Tapi hal itu sia-sia, warga tetap mencari ‘sesuap nasi’ dari sumur minyak tersebut. Ia berharap, pemerintah mau mencari solusi untuk warga. Minimal, melakukan training untuk bekerja di tempat seperti itu (sumur minyak).

Kuasa hukum korban sumur minyak, Huseindro mengatakan, pihaknya kini sedang mendorong Pemerintah dan Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA) untuk mencari solusi bagi warga di Ranto Peurelak.

Tak bisa dipungkiri, selain menambang minyak masyarakat disana tidak mempunyai penghasilan lain. Warga di sana, kata dia, berharap agar ada proses pendampingan.

“Pendampingan ini penting. Mereka menginginkan ada jaminan khusus dan kepastian. Misalnya ada pelatihan yang memiliki aturan. Sehingga kasus kebakaran sumur yang pernah terjadi bisa diminimalisir,” ucapnya.

Selama ini belum ada pendampingan yang dilakukan oleh pihak pemerintah maupun swasta pada penambang minyak. Ia berharap pemerintah setempat mau menginisiasi untuk melakukan pendampingan, atau mencari solusi lain. Agar masyarakat tidak dihantui rasa takut. [Randi]

Related posts