Tanggapi Aksi Mahasiswa, YPSBI: Suku Pakpak Bukan Pendatang di Subulussalam

(Kanal Aceh/Satria Tumangger)

Subulussalam (KANALACEH.COM) – Aksi mahasiswa Subulussalam yang memprotes rencana pembangunan pusat kebudayaan Pakpak, mendapat tanggapan dari tokoh pendiri Yayasan Pakpak Suak Boang Indonesia (YPSBI).

Tanggapan itu dituangkan dalam pernyataan sikap tokoh masyarakat Pakpak Suak Boang Kota Subulussalam. Dalam pernyataan sikap itu, terdapat delapan poin dan dibacakan oleh Ketua YPSBI Jamasa Cibro didampingi empat orang tokoh Pakpak, dan disaksikan oleh puluhan masyarakat pegiat budaya Pakpak Kota Subulussalam.

Jamasa Cibro menilai, aksi mahasiswa itu dianggap tidak menghargai suku Pakpak yang ada di Kota Subulussalam.

Dikatakannya, bahwa suku Pakpak sudah ada di Aceh jauh sebelum Indonesia merdeka dan mendiami Kota Subulussalam dan kabupaten Aceh Singkil, serta sudah berasimilasi dengan suku-suku yang lain.

“Suku Pakpak bukanlah pendatang di Kota Subulussalam. Soal terbentuknya YPSBI, kata dia tidak bertentangan dengan UUD 1945 sesuai dengan pasal 28 E ayat 3 dan soal rencana pembangunan pusat kebudayaan Pakpak, bukanlah inisiatif Pemerintah Kota Subulussalam, tetapi murni inisiatif dari masyarakat Pakpak kota Subulussalam,” katanya, saat menggelar konferensi pers di Aula Juma Mbelang Suka Makmur, Kota Subulussalam Selasa (19/11).

Baca: Pusat Kebudayaan Pakpak Akan Dibangun di Kota Subulussalam

Dalam pernyataan sikap para tokoh Pakpak Suak Boang itu juga disebutkan bahwa suku Pakpak selama ini, selalu menjaga keharmonisan, persatuan, kebersamaan, kedamaian dan saling menghormati dengan suku-suku yang lain.

Suku Pakpak Suak Boang itu juga mengajak semua pihak untuk membangun Kota Subulussalam dengan rasa kebersamaan bukan dengan menciptakan perbedaan. [Satria Tumangger]

 

View this post on Instagram

 

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Gerhana matahari cincin akan melintasi bumi pada 26 Desember 2019. Gerhana total itu, hanya bisa dilihat dari 7 provinsi. Untuk itu, Kemenag Aceh akan memantau gerhana matahari cincin di Kabupaten Simeulue. Kakanwil Kemenag Aceh, Daud Pakeh menyebutkan, ketujuh provinsi yang bisa melihat gerhana matahari total adalah Aceh, Kepulauan Riau, Riau, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur. Untuk provinsi Aceh, gerhana total hanya bisa dilihat di Kabupaten Simeulue dan sebagian daerah di Aceh Singkil. Gerhana akan terjadi pada pukul 10.00 WIB sampai 14.00 WIB. “Tapi ada dua kabupaten kota yang terkena yaitu simeulue dan sebagian singkil. Durasi gerhana seluruhnya tiga jam 47 menit 52 detik, sementara durasi gerhana total cincin dua menit 53 detik,” kata Daud Pakeh, disela sosialisasi Hisab Rukyat pada pelajar di Kanwil Kemenag setempat, Selasa (19/11). 50 peserta yang berasal dari sekolah dan madrasah di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar ikut dalam kegiatan sosialisasi tersebut. Menurutnya, kegiatan itu bertujuan untuk mengedukasi para siswa tentang bagaimana terjadinya fenomena alam itu. “Sosialiasi ini bagi kami penting, karena untuk memberikan pemahaman untuk anak-anak kita, di satu sisi sebagai sains, mereka harus tahu kapan gerhana matahari itu terjadi,” ujar Daud Pakeh. Sosialisasi itu juga bertujuan untuk memberi pemahaman pada masyarakat bagaimana terjadinya fenomena gerhana melalui para siswa-siswi. “Lewat anak-anak kita mengedukasi apa yang harus dilakukan masyarakat saat gerhana, baik gerhana bulan maupun matahari, juga kita menjaga aqidah umat jangan ada seperti masa lalu, kami yakin di kampung-kampung masih ada yang menganggap gerhana itu musibah besar,” jelasnya. Pihaknya juga menyebutkan bahwa saat gernaha matahari cincin, pihaknya akan membagi 500 kacamata khusus untuk masyarakat di Simeulue. [randi] #acehbarat #acehtengah #aceh #acehtenggara #acehtimur #acehsingkil #acehselatan #bandaaceh #gerhana #matahari #cincin#gerhanacincin #gerhanamataharitotal

A post shared by Kanal Aceh (@kanalacehcom) on

Related posts