Cerita Politik dari Negeri Jiran

(Foto: Tasnimnews.com)

Barangkali kita perlu menyegarkan pikiran–dengan tidak asik larut dengan carut marut politik dalam negeri. Perbincangan politik yang makin hari makin jauh dari substansi, pembicaraan politik yang semakin berjarak dengan debat-debat programatik.

Unpredictable. Barangkali kata yang tepat untuk menggambarkan situasi terkini politik Malaysia. Ditandai dengan mundurnya Perdana Menteri Ke-7 Malaysia Mahathir Mohamad secara tiba-tiba. Kok bisa? Kenapa? Kek mana ceritanya?

Sebentar, milenial walaupun kadang sering sok tau tapi tidak ada salah nya juga untuk tidak terburu-buru memberi kesimpulan. Gejolak politik Malaysia seminggu terakhir ini adalah film politik yang dimainkan oleh aktor-aktor politik kawakan dengan jam terbang tinggi. Nama-nama lama seperti Anwar Ibrahim, Mahathir Mohamad, Azmin Ali, Muhyiddin Yasin, dan Zahid Hamidi adalah tokoh-tokoh kunci dalam cerita yang akan kita bahas dalam paragraf-paragraf selanjutnya.

Kalau Hollywood punya Robert De Niro, Tom Hanks, Denzel Washington, dan Al Pacino, maka Malaysia juga punya nama-nama yang saya sebut diatas tadi.

Apa yang sebenarnya terjadi di Malaysia dalam seminggu terakhir ini? Ketika membahas Malaysia di meja-meja warung kopi, pertanyaan diatas pasti mendarat di telinga saudara-saudara sekalian. “Apa yang sebenarnya terjadi di Malaysia?”

Pertama, pada 2018 yang lalu pertama kalinya sejak 60 tahun terakhir Koalisi Barisan Nasional (BN) kalah dalam Pilihan Raya Umum Ke 14 (PRU14). PRU14 di menangkan oleh koalisi Pakatan Harapan (PH). Siapa BN siapa pulak PH? BN adalah koalisi politik yang sejak 60 tahun terakhir menguasai panggung politik Malaysia. Singkatnya, BN adalah kelompoknya Najib Razak Perdana Menteri Malaysia ke-6, kelompok yang oleh PH disebut tersangkut skandal mega “rasuah” 1MDB.

Lantas PH itu siapa? PH adalah kelompoknya Anwar – Mahathir dua sejoli yang terlibat cinta lama bersemi kembali. Kok CLBK? Iya, dulu akrab, terus berantam-sampe saling fitnah bahkan Anwar dijebloskan ke penjara oleh Mahathir dan gengnya.

Dulu Anwar dan Mahathir itu sama-sama berasal dari Partai yang sama, UMNO. Sewaktu  Mahathir Perdana Menteri, Anwar Wakil Perdana Menterinya. Memang kalau diliat-liat, Anwar ini agak reformis, pikiran-pikirannya tajam dan visioner, bahkan cenderung melawan terhadap hal-hal yang dia anggap ttidak benar.

Nah, setelah ribut-ribut tersebut, Anwar cabut, dirikan partai sendiri, Partai Keadilan Rakyat (PKR), semasa Anwar di penjara, partai dijalankan oleh Istrinya Wan Azizah Wan Ismail. Tapi sulit untuk tidak mengatakan ruh nya PKR adalah Anwar Ibrahim.

Bagaimana dengan Mahathir?

Umur boleh 94, tapi gairah politiknya terbilang seperti anak muda. Sejak berhenti dari Perdana Menteri pada tahun 2003, Mahathir sibuk mengisi kuliah umum di kampus-kampus, kadang sesekali memberikan pandangan politik sebagai reaksi dirinya terkait situasi politik dalam dan luar negeri.

Kemudian, gak tau kapan persis nya Hubungan Mahathir dan Partai lamanya UMNO–Najib meruncing. Pokoknya setiap hari ada aja yang di kritik sama Mahathir terkait kepemimpinan UMNO. Kalau gak salah kritikan-kritikan itu udah mulai dilancarkan sejak era Ahmad Badawi jadi Perdana Menteri.

Mahathir juga mendirikan partai sendiri, Partai Pribumi Bersatu Malaysia (PPBM), kalau orang Malaysia sebutnya Partai “Bersatu”. Singkatnya, antara Mahathir dan Anwar udah sama-sama kecewa sama UMNO. Sampe disini paham?

Terus, karena sama-sama kecewa, entah siapa yang mulai, entah siapa yang inisiasi, Mahathir dan Anwar berkoalisi (membentuk koalisi Pakatan Harapan) pada PRU14 tahun 2018 yang lalu. Dan spektakuler! Mereka menang! Gilak, dua sahabat lama, sempat berantam, terus ketemu lagi dan memenangkan pemilu.

Dan disepakati Mahathir yang jadi Perdana Menteri Malaysia ke-7. Kok bisa Mahathir? Kenapa bukan Anwar? Gak paham juga wak, mungkin emang udah jadi kesepakatan Koalisi PH. Bisa jadi.

Menarik, Perdana Menteri tertua di dunia berasal dari Malaysia. Siapa lagi kalau bukan Mahathir yang berusia 94 tahun. Tau letting nya siapa? Soeharto wakkkk. Iya, Mahathir udah menjabat Perdana Menteri ketika Soeharto menjabat Presiden Republik Indonesia!

Bentar dulu. Ada yang lebih menarik, ternyata, dibalik kemenangan PH, ada terselip deal, bahwa Mahathir hanya akan menjabat selama 2 tahun, sisa jabatan akan diserahkan kepada Anwar Ibrahim.

Nah, tahun ini adalah tahun ke 2 Mahathir menjabat, katanya, katanya ya, Anwar udah mulai nanya-nanya ke koalisi dan Mahathir, kapan janji nya mau ditepati, sampe-sampe Mahathir ngomong di media, dia lagi cari waktu yang pas buat proses transisi tersebut.

Akhirnya kita sampe di bagian akhir cerita, tanggal 24 Februari kemarin secara mengejutkan dan tiba-tiba Mahathir mengundurkan diri dari kursi Perdana Menteri. Asumsi sederhananya cuma 1, Mahathir mundur, lalu kursi Perdana Menteri dia kasih ke Anwar Ibrahim. Kan begitu, sesuai janji.

“Jadi sekarang Anwar Ibrahim udah jadi Perdana Menteri?” Tanya kawan saya kepada saya. “Akhirnya ya, jadi juga dia Perdana Menteri. cukup lama juga dia menderita ya, dipenjara, difitnah, hancur lah pokoknya. Tapi gapapalah, ujung-ujungnya Happy Ending ”

Liat, belum habis kita bicara udah dia tekan kesimpulan secara sepihak.

Saya: Wakkk, yang jadi Perdana Menteri Malaysia ke-8 adalah Muhyiddin Yasin

Kawan Saya: %=\#$&?!@£€÷

Siapa Muhyiddin Yasin?

Doi adalah, Presiden Partai Pribumi Bersatu Malaysia (PPBM) yang ikut didirikan oleh Mahathir Mohamad pada 2013 silam, Mahathir dan Muhyiddin sama-sama berasal dari UMNO dulunya, karena tidak cocok, mereka berdua keluar dan dirikan partai baru. Ohya, Syed Saddiq Abdul Rahman juga politisi PPBM. Kalau Syed Saddiq pasti kalian tau, politisi muda yang jabat Anggota Parlemen sekaligus Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia di usia 27 Tahun.

Terus kok bisa Muhyiddin Yasin jadi Perdana Menteri? Gimana dengan Anwar?

Ada yang bilang, kalau Mahathir tidak ikhlas kasih kursi Perdana Menteri ke Anwar, singkat cerita dia mau langgar janji. Terus kenapa dia mundur? kabarnya ya, ini hasil aku baca-baca di tweet politisi Malaysia pasca mundurnya Mahathir, Mahathir mundur selangkah, untuk pemilihan Perdana Menteri selanjutnya, dia percaya diri kalau salah satu partai cabut dari koalisi PH, maka bakalan deadlock. Nah disitu dia bakalan nego ulang, supaya sisa periode berjalan tetap dia yang jabat. Gitu. Itu hasil kesimpulan menurut yang lon baca di tweet-tweet politisi Malaysia.

Dilain tempat, Anwar Ibrahim juga punya masalah, bekas anak buahnya Azmin Ali, wakil ketua di partai yang dipimpin Anwar–PKR buat pertemuan di Hotel Sheraton, yang didalam nya dihadiri oleh, Azmin Ali, Muhyiddin Yasin dan Hamid Zahidi–Presiden Partai UMNO.

Azmin bawa 10 kursi PKR bersama dirinya, Muhyiddin bawa kursi PPBM, plus ditambah dengan kursi dari UMNO. Disana mereka buat deal baru. Koalisi “Perikatan Nasional” terbentuk, yang didalamnya diisi oleh sebagian PKR, seluruh PPBM, dan UMNO, mereka klaim ke Raja Yang Di Pertuan Agong (YDPA) bahwa menguasai kursi mayoritas di Parlemen Malaysia (Dewan Rakyat).

Singkatnya, YDPA Raja Malaysia mengeluarkan keputusan mengejutkan dengan menunjuk Muhyiddin Yasin sebagai Perdana Menteri Malaysia Ke-8, yang sehari setelahnya langsung dilantik sama dia.

Udah mulai ribet? Pusing? Sama aku juga!

Anwar yang sebelumnya ngerasa ditipu sama Mahathir langsung balik gagang, dengan kembali mendukung Mahathir sebagai Perdana Menteri, sebagai respon atas manuver yang dilakukan oleh Muhyiddin-Azmin. Hitungannya sederhana, kalau Anwar-Mahathir jalan pisah-pisah, maka keruntuhan koalisi PH akan nyata. Karena tidak cukup kursi minimal 112 di Parlemen (Dewan Rakyat).

Hari-hari menjelang dilantiknya Muhyiddin Yasin sebagai Perdana Menteri Malaysia Ke-8, headline koran-koran Malaysia menggambarkan bahwa, yang terjadi adalah Mahathir di khianati oleh Muhyiddin, dan Anwar di khianati oleh Azmin. Itu semua bisa terjadi karena Mahathir berniat khianati Anwar.

Azmin Ali itu siapa?

Azmin Ali adalah Anggota Parlemen sekaligus Menteri Ekonomi Malaysia dari Partai PKR, partai yang dipimpin oleh Anwar Ibrahim, jabatannya besar, Wakil Ketua Umum PKR. Kabarnya, dia sudah tidak cocok sama Anwar, sudah sering menunjukan sikap berbeda dengan Anwar Ibrahim secara terbuka di media-media nasional Malaysia.

Asumsi saya, manuver dia murni kepentingan pribadi–kayak Mahathir bilang, dia bakalan ke laut kalau Anwar Ibrahim jadi Perdana Menteri. Maka tidak heran salah satu orang yang meng-inisiasi pertemuan di Hotel Sheraton adalah Azmin Ali. Dan satu lagi, Anwar Ibrahim juga gak sepakat si Azmin Ali jadi Menteri, karena menurut Anwar, Azmin bukan lah orang yang berjuang untuk memenangkan PH ketika PRU14. *Penulis: Tata Moeda

Salam cinta dari

Tata Moeda Taqwa

Penikmat kopi paruh waktu

Related posts