Ekonomi Syariah Bagian Integral dari Agenda Presidensi G20

Arief Rosyid Hasan, Komisaris Independen di Bank Syariah Indonesia (BSI). (ist)

Tahun 2021 bukanlah tahun yang mudah bagi Indonesia, maupun bagi negara-negara lain di dunia. Kita masih sama-sama berjuang menghadapi pandemi COVID-19 yang berdampak pada semua aspek kehidupan manusia, termasuk aspek ekonomi. Terlepas segala tantangan yang dihadapi, the show must go on.

Sepanjang 2021, pemerintah Indonesia bekerja keras untuk memitigasi efek pandemi COVID-19 melalui berbagai upaya, termasuk intervensi kesehatan, program pemulihan ekonomi nasional (PEN), serta kebijakan reformasi struktural yang berfokus pada pembangunan sumber daya manusia, infrastruktur, dan perbaikan kemudahan berusaha.

Satu hal yang luar biasa, di tengah pandemi COVID-19, sistem ekonomi dan keuangan syariah yang tercermin dari kinerja perbankan syariah mampu membuktikan ketahanannya terhadap krisis. Performa positif menunjukkan bahwa fundamental bank syariah dapat menjadi salah satu motor dalam pemulihan ekonomi nasional. Daya tahannya dilihat dari segi aset, pembiayaan, dan dana pihak ketiga (DPK) perbankan syariah yang tumbuh di atas perbankan nasional sepanjang 2021.

Saat ini kita sudah tiba di akhir 2021. Tahun 2022 merupakan tahun yang penting bagi Indonesia bertepatan dengan Presidensi G20 sebagai estafet dari Italia. Ekonomi syariah merupakan bagian integral dari agenda Presidensi G20.

Dua agenda prioritas G20 yang memiliki irisan kuat dengan ekonomi syariah adalah sustainable finance atau keuangan berkelanjutan dan digital and financial inclusion atau digitalisasi dan literasi keuangan.

Indonesia sebagai negara dengan total populasi muslim terbesar di dunia dan menjadi salah satu anggota negara G20 diproyeksikan oleh berbagai lembaga riset akan masuk menjadi kelompok 4-5 negara dengan ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2045.

Dengan kondisi tersebut, tidak salah jika Presiden Joko Widodo berkomitmen mendorong Indonesia menjadi pemimpin dunia dalam mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah. KTT G20 sebagai forum dunia yang memiliki dampak yang sangat besar, merepresentasi 85% Produk Domestik Bruto (PDB) dunia, 75% perdagangan dunia, 80% investasi global, dan 2/3 dari jumlah populasi penduduk dunia.

Presidensi G20 oleh Indonesia harus dilaksanakan dengan sebaik-baik dan sehormat-hormatnya. Salah satu modalnya, Indonesia memiliki nilai luhur sifat kedermawanan yang tinggi, baru saja kita menduduki peringkat pertama sebagai negara paling dermawan di dunia menurut Charities Aid Foundation (CAF) World Giving Index 2021.

Faktor utamanya adalah instrumen sosial yang juga sebagai mesin penggerak ekonomi dan keuangan syariah seperti zakat, infaq, sedekah, dan wakaf yang mampu digunakan untuk mendukung pengentasan kemiskinan dan memperkecil jarak antara tingkatan pendapatan masyarakat. Potensi yang mencapai Rp. 500 triliun namun hanya mampu terealisasi sekitar Rp. 75 triliun inilah yang kini menjadi fokus yang dikerjakan salah satunya oleh Bank Syariah Indonesia (BSI) dalam membangun ekosistemnya.

Selain itu sejak pandemi, masyarakat lebih berorientasi pada kesehatan, kebersihan, digital, dan menginginkan segala hal yang lebih bersifat sosial juga berkelanjutan. Semuanya ditawarkan langsung oleh ekonomi dan keuangan syariah. Ekosistemnya adalah multi-purpose solution yang memiliki berbagai produk pembiayaan untuk kaum dhuafa, UMKM, usaha besar, hingga pembiayaan proyek hijau.

Tujuan akhirnya kemaslahatan umat, meningkatkan produktivitas, kemandirian mustahik, dan tidak ada yang tertinggal seperti tujuan SDGs. Maka dari itu, ekonomi syariah perlu diperkenalkan lebih jauh pada masyarakat dunia sebagai sistem alternatif yang menawarkan oase untuk tujuan bersama.

Sebagai tambahan yang juga tidak kalah penting, salah satu sektor yang dapat dikembangkan secara lebih fokus adalah sektor halal. Selama ini, Indonesia menjadi pasar yang besar untuk industri halal. Dengan kapasitas yang dimiliki, sudah saatnya Indonesia tampil sebagai produsen, bahkan pusat dari industri halal global.

Dengan 1,8 miliar penduduk muslim di dunia, terdapat potensi belanja produk halal yang mencapai USD2,2 Triliun. Indonesia sendiri memiliki populasi muslim terbesar di dunia, sebesar 222 juta jiwa. Kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB) sangat besar pada tahun 2019 mencapai 24,3 persen dan meningkat pada 2020 menjadi 24,8 persen.

Dalam kesempatan baik sebagai akhir tahun 2021 dan awal tahun 2022, saya ingin mengajak teman-teman muda untuk menjadi bagian dari sejarah besar ini. Kesempatan belum tentu datang dua kali, milestone Presidensi G20 harus kita manfaatkan sedapat mungkin untuk mendorong ekonomi dan keuangan syariah sebagai jalan utama – bukan lagi jalan alternatif. Dengan mengedepankan prinsip inklusivitas, insha Allah, ekonomi dan keuangan syariah bisa menjadi jawaban bagi kemaslahatan rakyat Indonesia.

Ekonomi dan keuangan syariah dapat memberi kontribusi besar dalam ikhtiar pencapaian tujuan kita berbangsa dan bernegara, sebagaimana dalam UUD 1945 alinea ke-4, yang berbunyi: “…melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.” 

Wabillahi taufiq wal hidayah. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Om Shanti Shanti Shanti Om, Namo Buddhaya.

*Arief Rosyid Hasan

Penulis merupakan Komisaris Independen di Bank Syariah Indonesia

Related posts