Pengusaha Aceh Pertanyakan Fungsi DSA di Tengah Lemahnya Layanan Bank Syariah

Pengusaha asal Aceh melakukan audiensi dengan Dewan Syariah Aceh, Jumat (9/6). (ist)

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Para pengusaha di Aceh mengadu ke Dewan Syariah Aceh (DSA) terkait layanan Bank Syariah yang dinilai belum berpihak pada pelaku usaha dari segi kurangnya produk yang ditawarkan hingga transaksi yang kerap bermasalah.

Konsultan Bisnis dan Pebisnis Cafe di Aceh, Uzair menyebutkan, layanan di Bank Syariah saat ini tidak ramah terhadap pelaku usaha. Produk yang diinginkan tidak tersedia hingga layanan pengajuan pembiayaan yang berbelit-belit secara administrasi.

Apalagi biaya bagi hasil yang ada di Bank Syariah ternyata lebih tinggi dari bunga Bank Konvensional.

“Saya bisa buktikan itu. Saya nasabah di kedua bank tersebut, bagaimana ruwetnya jika kita mengajukan pembiayaan di Bank Syariah,” kata Uzair saat melakukan pertemuan dengan Dewan Syariah Aceh di Kantor Dinas Syariat Islam Aceh, Jumat (9/6).

Ia menilai konversi bank konvensional ke syariah di Aceh yang terlalu terburu-buru membuat pengusaha kalang kabut, terlebih adanya gangguan beberapa waktu lalu yang berdampak nyata bagi pelaku usaha.

Hingga kini pun, kata dia, Bank Syariah belum mampu mengakomodir pelaku usaha dalam bentuk pembiayaan hingga mempermudah dalam bertransaksi. Alhasil, warga maupun pengusaha yang menanggung resikonya.

“Saya tidak anti syariah. Jika kita lihat saat ini bukan masyarakatnya yang tidak siap melainkan bank syariahnya yang tidak siap, sehingga ini berpolemik,” sebutnya.

Sementara itu, Ketua Asosiasi UKM IKM Nusantara Aceh, Mussanurvan mengajak Dewan Syariah Aceh turun dan mengawasi ‘dapur’ Bank Syariah agar mengerti situasi sistem layanan yang ada di sana.

Agar dewan syariah bisa mengambil langkah konkrit untuk perbaikan layanan maupun dari sisi regulasi apakah ada yang harus direvisi dalam hal ini untuk memperkuat. Langkah itu dilakukan agar masyarakat tidak terus-menerus merugi.

“DSA harusnya mengecek dapur bank syariah, nanti bakal ketahuan bobroknya dimana, jadi nanti tau mana yang harus diperbaiki. Jadi tidak hanya mendengar dari sisi DPS (Dewan Pengawas Syariah) bank saja,” kata Mussanurvan.

Selain itu, Ketua Hiswana Migas Aceh, Nahrawi Noerdin berharap DSA bisa mengambil kebijakan yang arif tanpa merugikan pelaku usaha yang jadi ujung tombak perekonomian di Aceh.

“DSA harus bersikap terkait persoalan ini, kalau perlu dibandingkan layanan antara bank Syariah dan konvensional, mana yang lebih mencekik masyarakat,”

“Kalau persoalan riba dan segala macamnya itu kami sudah paham. Tapi apakah Bank Syariah yang beroperasi di Aceh saat ini sudah lebih baik?,” ujar Nahrawi Noerdin.

Tindaklanjuti

Menanggapi keluhan para pengusaha, Ketua Dewan Syariah Aceh, Prof Shabri Abdul Majid memahami persoalan para pelaku usaha tersebut. Ia menyampaikan pada prinsipnya bank Syariah itu tidak hanya mencari keuntungan, apalagi dengan menjual label Syariah.

“Tentu kita tidak mau yang hanya menjual islam yang ujung-ujungnya menjual label Syariah untuk mencari keuntungan,” ujar Prof Shabri.

Untuk itu pihaknya akan menindaklanjuti masukan dan keluhan dari pengusaha Aceh yang bergerak diberbagai bidang tersebut. Dalam waktu dekat, pihaknya akan memanggil BSI, Bank Aceh dan Bank Syariah lainnya serta OJK, BI dan regulator untuk membicarakan persoalan ini.

“Ini harus ditindaklanjuti, kita akan mempertemukan nanti para pengusaha dengan perbankan untuk mencari jalan terbaik, InsyaAllah dalam bulan (Juni) ini,” ucapnya.

Related posts