Walhi Sebut Banjir Aceh Tenggara Bukti Kerusakan Hutan Makin Mengkhawatirkan

Banjir di Aceh Tenggara. (ist)

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) menyebutkan banjir yang melanda Kabupaten Aceh Tenggara dalam sepekan terakhir ini membuktikan kerusakan tutupan hutan semakin parah dan kritis.

Baik itu akibat penebangan liar, pembukaan perkebunan sawit, hingga pembukaan jalan baru. Kepala Divisi Advokasi dan Kampanye WALHI Aceh Afifuddin Acal mengatakan, kabupaten yang sering banjir merupakan daerah yang tingkat kerusakan hutannya masif.

”Secara alami, setiap akhir tahun intensitas hujan di Aceh memang tinggi, tetapi karena kondisi lingkungan yang kritis, memicu bencana, baik banjir bandang, banjir dan longsor maupun berbagai jenis lainnya,” sebut Afif dalam keterangan tertulisnya, Rabu (15/11).

Baca: Banjir Bandang Terjang Aceh Tenggara, 2 Warga Luka-luka 1 Hilang

Selain itu, WALHI Aceh juga menilai pemicu banjir juga akibat adanya pembukaan jalan baru yang dapat memicu illegal logging maupun konflik satwa dan kejahatan lingkungan lainnya. Dengan adanya jalan tersebut para perambah hutan semakin mudah untuk mengakses kawasan hutan untuk menebang kayu.

Berdasarkan data yang dirilis Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Selasa (14/11/2023) pukul 20.00 WIB, ada 14 kecamatan, 50 desa terdampak banjir di Aceh Tenggara.

Banjir terjadi setelah curah hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi yang mengguyur sejak pukul 19.00 WIB, mengakibatkan meluapnya sejumlah sungai di wilayah Kabupaten Aceh Tenggara. Dampaknya sejumlah ruas jalan nasional di Aceh Tenggara terendam lumpur dan permukiman warga ikut terendam setinggi 30 sentimeter.

Banjir bandang di Aceh Tenggara juga mengakibatkan seorang anak berusia 2 tahun meninggal dunia di Desa Pasir Puntung, Kecamatan Semadam. Sedangkan dua orang lainnya mengalami luka-luka di desa yang sama.

”Banjir menjadi persoalan klasik, tetapi hanya direspons saat kejadian. Sementara mitigasi diabaikan, padahal peristiwa seperti ini, terjadi setiap akhir tahun, dan pemerintah terkesan tidak peduli, padahal bisa berkaca pengalaman setiap tahunnya,” katanya.

Kata Afif, seharusnya Aceh Tenggara itu harus dilestarikan hutannya dengan baik. Mengingat dari luas wilayah Kabupaten Aceh Tenggara, 92 persen masuk dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), hutan yang memiliki nilai konservasi tinggi. [kompas]

Related posts