Pendidikan madrasah di Aceh Timur masih memprihatinkan

Pendidikan madrasah di Aceh Timur masih memprihatinkan
Ilustrasi gedung sekolah yang rusak. (Antara Foto)

Idi Cut (KANALACEH.COM) – Potret pendidikan, khususnya di madrasah di bawah naungan Kementerian Agama (Kemenag) masih memprihatinkan. Berbeda dengan pendidikan di sekolah umum, misalnya SD, SLTP, dan SLTA.

Fasilitas yang tersedia jauh lebih elit dibanding sarana prasarana di madrasah. Bukan hanya ruang belajar, bangunan pendukung lainnya juga banyak tersedia di sekolah umum seperti musala, laboratorium, dan gedung perpustakaan.

Mirisnya, lembaga madrasah banyak yang masih berstatus swasta, sehingga kondisi bangunan dan ketersediaan guru juga sesuai status yang disandangnya. Terbukti dengan kondisi lembaga madrasah, khususnya di Aceh Timur, tak jauh beda dengan madrasah lain di Aceh.

Sementara animo dan kepercayaan masyarakat lebih tinggi ke lembaga pendidikan masyarakat, terutama jenjang MI dan MTs, sehingga tiap tahun siswa membludak, seperti MIN Idi, MIN Peureulak, dan MIN Idi Cut.

Namun, keterbatasan ruang belajar yang tersedia membuat pihak madrasah menolak sebagian besar calon siswanya melalui tes tulis dan tes baca Alquran.

“Tiap tahun madrasah kami menolak calon siswa yang sudah mendaftar antara 40-60 siswa, karena ruang belajar yang tersedia di sini terbatas,” kata Kepala MTsN Idi Cut, Saiful Bahri, baru-baru ini.

Lain halnya yang dialami Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Idi Cut. Meski memiliki ruang belajar permanen, tak kurang dari 45 murid tingkat SD harus berdesakan dalam ruang belajar yang mirip kandang sapi hasil pembangunan swadaya masyarakat persis berdampingan dengan ruang dewan.

Sayangnya, setiap musim hujan tiba, murid Kelas III harus diliburkan akibat rembesan hujan yang membasahi buku dan meja belajar serta ruang belajar siswa.

“Indonesia sudah merdeka, tapi pendidikan madrasah belum merdeka,” kata Aswadi, tokoh masyarakat Idi Cut.

Kasi Pendidikan Madrasah Kankemenag Aceh Timur, M Isa membenarkan kondisi fasilitas madrasah kian memprihatinkan. Bahkan, lebih setengah dari jumlah keseluruhan madrasah dalam berbagai jenjang masih berstatus swasta.

Isa menyebutkan Aceh Timur memiliki 33 MIN, 15 MIS, 9 MTsN, 20 MTsS, 4 MAN, dan 10 MAS. Tiap madrasah baik negeri maupun swasta kekurangan dua ruang belajar.

Hal ini terjadi akibat tingginya animo masyarakat mempercayai madrasah sebagai lembaga pendidikan agama.

“Madrasah diminati siswa karena banyak mempelajari ilmu agama, seperti Alquran, Alhadis, Fiqih, Bahasa Arab, dan akidah akhlak,” sebut Isa.

Akibat kekurangan ruang belajar, siswa madrasah harus belajar dalam ruang yang tak layak huni.

Meski demikan, pihaknya terus menyampaikan laporan bulanan ke Kanwil Kankemenag Aceh setiap bulan dan mengusulkan pembangunan ruang belajar pada akhir tahun anggaran.

“Insya Allah, ke depan sarana prasarana di madrasah akan lebih baik,” ujarnya. [Wol]

Related posts