Final Liga Champions: hantu “El Pupas” di derbi Madrid

Cristiano Ronaldo dan Antoine Griezmann dalam laga Real Madrid vs Atletico Madrid. (AFP)

Milan (KANALACEH.COM) – Final Liga Champions antara Real Madrid dan Atletico Madrid, Minggu (29/5), pukul 01.45 WIB, akan menjadi panggung kesenjangan status kedua tim sekota itu.

Jika Real dijuluki “Raja Eropa” dengan koleksi 10 trofi Liga Champions, Atletico justru identik dengan status tim “terkutuk” di Benua Biru. Atletico bertekad mematahkan kutukan “El Pupas” itu di Stadion San Siro, Milan, Italia.

Sebelum memasuki dekade ini, Atletico kerap menjadi sasaran olok-olok suporter El Real. Pendukung fanatik “Los Blancos”, bahkan pernah memasang poster sarkastik “Kami mendamba rival seimbang untuk derbi yang lebih laik” di derbi Madrid 2012.

Sebelum itu, Atletico memang tim yang inferior ketimbang Real. Los Blancos selalu menang dalam sembilan derbi Madrid sebelum kehadiran Diego Simeone di Vicente Calderon pada paruh musim 2011/2012.

Berkat paham Cholisme yang menekankan aspek kolektivitas, Simeone mengubah sekumpulan pemain tidak dipandang menjadi pejuang tangguh, keras, dan bermental baja. Dominasi Real mulai digerogoti Atletico. “Los Colchoneros” mulai berani tegap di setiap derbi Madrid.

Dari total 16 derbi Madrid terakhir di berbagai kompetisi, Atletico lebih sering mempermalukan Real, tujuh berbanding empat kemenangan. Padahal, nilai jual pemain Colchoneros kurang dari setengah milik Los Blancos.

“Dia (Simeone) telah menciptakan mahakarya yang menjadi teladan bagi dunia olahraga. Mereka menjadi tim yang kompak, penuh tekad, dan rela memberikan segalanya di lapangan. Mereka akan menghadapi kapal perang canggih dengan sampan kecil, tetapi penuh energi,” tutur Arrigo Sacchi, legenda Atletico dan Real, menganalogikan final Liga Champions ini.

Meskipun sukses mengangkat pamor Colchoneros di kompetisi domestik, Simeone belum mampu memberikan trofi Liga Champions untuk timnya. Itulah satu-satunya trofi bergengsi yang belum diraihnya, begitu pula dengan Atletico yang baru menjuarai Piala Winners 1962, serta Liga Europa 2010 dan 2012.

Simeone dan Atletico pernah nyaris menggenggam “si kuping lebar”, julukan trofi Liga Champions. Namun, ambisi itu kandas oleh Real pada final 2014 di Lisabon, Portugal. Sempat unggul 90 menit, gawang Atletico kebobolan gol bek Real, Sergio Ramos, di menit-menit terakhir.

Atletico kemudian digilas tiga gol di babak perpanjangan waktu, dan menjadi penonton saat Real berpesta la decima atau gelar kesepuluh Liga Champions.

Pengalaman pahit itu menjadi motivasi ekstra pasukan Atletico untuk membalaskan dendam ke rival sekotanya yang kaya raya itu. “Kami tidak bisa menghapus kenangan pahit itu. Namun, kami kini memiliki peluang besar lainnya untuk mengukir sejarah baru,” ujar Gabi, kapten Atletico.

Los Colchoneros akan mengukir sejarah baru yang tidak bisa dicapai Real jika mampu menang di San Siro malam ini. Mereka akan menjadi tim kelima di dunia yang mampu mengumpulkan tiga gelar berbeda di Eropa, yaitu Piala Winners, Liga Europa, dan Liga Champions. Hanya Bayern Muenchen, Chelsea, Ajax, dan Juventus yang melakukan itu sebelumnya.

Sebaliknya, jika gagal, mereka juga akan mengukir rekor buruk, yaitu sebagai klub pertama yang gagal juara dari tiga laga final Liga Champions. Pada final 1974, Atletico juga gigit jari karena kebobolan gol “sepele” di detik-detik akhir perpanjangan waktu kontra Bayern Muenchen.

Padahal, Atletico memimpin lebih dulu. Piala Champions akhirnya jatuh ke tangan Muenchen setelah duel ulang di Heysel, Belgia, dengan skor 4-0.

Pengalaman di final 1974 dan 2014 itu seolah menegaskan mitos kutukan El Pupas atau “tim sial” di Atletico. Colchoneros gagal 100 persen di dua final. Sebaliknya, Real identik sebagai tim bermental juara dan sulit dibendung di partai puncak Eropa. Dari 13 final, 10 kali atau 76 persen Real menjadi juara.

Namun, Simeone menjanjikan hasil berbeda di final kali ini. Ia mengatakan, timnya kali ini jauh lebih matang dan dewasa. Skuad yang berupa kombinasi pemain berpengalaman, seperti Gabi, dan bintang muda yang memiliki jiwa petarung dan semangat meledak- ledak, macam Antoine Griezmann, menjadi kekuatannya.

Seperti biasanya, Atletico akan mengandalkan pertahanan rapat dan disiplin sambil menunggu Real melakukan kesalahan fatal. Pendekatan ini efektif menenggelamkan Barcelona dan Muenchen dalam perjalanan ke final.

“Atletico adalah lawan terburuk yang bisa dihadapi (Real). Atletico hanya butuh setengah, bukan satu kesalahan, untuk membunuh,” kata Carlo Ancelotti, mantan pelatih Real, mengingatkan.

Real bertekad mengulangi kisah manis 2014. Cristiano Ronaldo, bintang Real, bahkan mengklaim, gelar Liga Champions jauh lebih berharga ketimbang gelar ganda di Spanyol yang diraih rival abadi Real, Barcelona.

Sayangnya, Ronaldo diragukan tampil 100 persen. Pencetak gol terbanyak di Liga Champions (16 gol) musim ini cedera ringan ketika berlatih, awal pekan ini.

Zinedine Zidane, pelatih Real, harus memikirkan cara menghilangkan ketergantungan kepada bintangnya itu. [Kompas]

Related posts