Keluarga korban vaksin palsu di RS Harapan Bunda gelar aksi solidaritas

Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) dan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia bersama orangtua terkait kasus vaksin palsu di RS Harapan Bunda, Jakarta Timur. Rabu (20/7). (Kompas)

Jakarta (KANALACEH.COM) – Puluhan orangtua yang pernah memvaksikan anaknya di RS Harapan Bunda, Jakarta Timur, menggelar aksi solidaritas pada Rabu (20/7).

Aksi tersebut dilakukan sambil membawa berbagai spanduk sindiran terhadap pihak rumah sakit.

“Kami bukan produk coba-coba, kami punya nyawa”, “Apa jawaban setelah ini”, “Bayar vaksin asli dapat KW”, demikian antara lain bunyi spanduk tersebut.

Namun aksi tersebut dilakukan di halaman parkir belakang rumah sakit.

Salah satu orangtua yang pernah memvaksin anaknya di rumah sakit itu, yaitu Dian, mengatakan, khawatir dengan kesehatan anaknya.

Ia berharap ada tanggung jawab pihak RS untuk melakukan medical chek up terhadap anak-anak penerima vaksin di RS tersebut.

“Tanggung jawab medical chek up, agar jelas apa saja yang masuk ke tubuh anak kami, dan apa saja vaksinnya,” kata Dian saat memberikan pernyataan di lokasi aksi.

Dia melanjutkan, anaknya mendapat vaksin dari RS tersebut pada Maret 2016. Pembelian vaksin melalui jalur perawat.

RS Harapan Bunda mengakui, vaksin palsu di rumah sakit itu beredar pada periode Maret-Juni 2016 dan yang dibeli melalui jalur perawat.

Ketua Yayasan Lembaga Hukum Indonesia (YLBHI) Alvon Kurnia Palma mengatakan, aksi solidaritas itu dilakukan pihak orang tua pasien bersama YLBHI dan Kontras untuk meminta kejelasan serta tanggung jawab rumah sakit.

“Kami ingin bertemu dengan pihak rumah sakit untuk melakukan tindakan medis secara jelas, untuk anak-anak dari orangtua pasien yang menuntut pertanggungjawaban,” kata Alvon.

Seharusnya, kata Alvon, pihak RS memberikan penjelasan bagi para korban termasuk jaminan kesehatan akibat vaksin palsu.

Pihak RS juga diminta terbuka soal rekam medis korban. Namun ada kesan rumah sakit tertutup terhadap korban.

Pihak RS juga terkesan menolak posko crisis center yang didirikan warga.

“Posko crisis center tidak diberikan tempat yang sesuai dan layak. Apa pantas seorang yang dirugikan dapat tempat seperti ini,” kata Alvon. [Kompas]

Related posts