Ini kata dosen UGM soal Pokemon Go

Ilustrasi permainan Pokemon Go. (Reuters)

Sleman (KANALACEH.COM) – Dosen Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi sekaligus Direktur Direktorat Sistem dan Sumber Daya Informasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Widyawan mengatakan bahwa tidak perlu ada kekhawatiran berlebihan terhadap permainan Pokémon Go.

Widyawan mengatakan, timbul banyak kesalahpahaman akan permainan tersebut, terutama menyangkut ancaman keamanan di lokasi perburuan monster Pokemon.

Menurut dia, Pokémon Go merupakan permainan yang berbasis lokasi di mana pemain dapat menentukan pola interaksinya dengan aplikasi.

Ada avatar atau karakter dalam game yang merupakan representasi pemain yang berjalan atau berpindah sesuai posisi pemain.

“Interaksi berupa kemunculan karakter Pokemon, Pokestop, Gym, dan lain-lain bisa disesuaikan dengan lokasi pemain tersebut. Di akademis, aplikasi ini termasuk kategori context-aware application,” kata Widyawan dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Minggu (24/7).

Teknologi ini sebenarnya sudah banyak digunakan dalam aplikasi lain, seperti Google Map, Waze, Go-Jek, Facebook, Path, dan Foursquare. Posisi pengguna akan dikirim ke server untuk kemudian memberikan layanan yang sesuai.

Ia mengatakan, seharusnya kekhawatiran terhadap penggunaan informasi lokasi di Pokémon Go tidak lebih besar dibandingkan aplikasi-aplikasi berbasis lokasi tersebut karena teknologi yang digunakan sama.

Perusahaan-perusahaan tersebut untuk menjaga kepercayaan pelanggannya, tentunya memiliki kebijakan kerahasiaan data yang ketat.

Manfaatkan data Google Map

Tentang isu bahwa permainan itu menjadi sarana untuk melakukan pemetaan lokasi strategis perkantoran, pemerintahan, dan militer, Widyawan mengatakan bahwa Niantic, perusahaan pembuat Pokémon Go, tidak perlu melakukan pemetaan karena mereka sudah memiliki petanya.

Pokémon Go menggunakan peta yang disediakan oleh Google Map. Peta tersebut terbuka di internet sehingga pengembang aplikasi pihak ketiga bisa memanfaatkannya melalui Google Map Application Program Interface (API).

Google Map merupakan peta luar ruang dan diambil berbasis gambar satelit maupun kamera yang dipasang di pesawat. Tidak ada informasi indoor yang terdapat di dalamnya.

Untuk pemetaan dalam ruang, Widywan menilai bahwa secara teknis lebih susah untuk dilakukan. Teknologi yang digunakan umumnya berdasarkan pengukuran jarak menggunakan laser, ultrasound, maupun depth-camera.

Salah satu teknologi terkini yang digunakan dalam permainan Pokémon Go, kata Widyawan, adalah augmented reality (AR). Dengan teknik ini, gambar digital akan ditambahkan (augmented) dalam pemandangan nyata yang ditampilkan oleh kamera.

Salah satu apps produksi Octagon Studio Bandung yang menggunakan teknik AR untuk aplikasi mereka.

Tidak kirim data ke server

Di media sosial beredar kabar bahwa gambar kamera yang digunakan dalam permainan akan dikirimkan ke server Niantic tanpa izin.

Untuk menguji hal tersebut, sebuah perusahaan bernama Applidium melakukan reverse engineering untuk mendapatkan kode pemrogramannya (source code).

Pada source code tersebut, ternyata tidak ditemukan perintah untuk mengirimkan data gambar atau video ke server Pokémon Go.

Dari ulasan di atas, Widyawan mengatakan bahwa tidak perlu ada kekhawatiran yang berlebihan dan tidak berdasar atas permainan tersebut.

“Teknologi tidak bisa dan tidak perlu dibendung. Sebaiknya kita ambil sisi positifnya, sambil membatasi efek negatif yang mungkin timbul,” kata Widyawan.
Salah satu efek positifnya adalah pemain game ini akan didorong untuk lebih aktif secara fisik (bergerak dan berjalan) untuk berburu Pokemon.

Interaksi dan komunikasi sosial dengan sesama pemain pun difasilitasi oleh permainan ini. Sudah bermunculan juga komunitas pemain Pokémon Go di Indonesia.

Potensi yang lain adalah permainan ini bisa digunakan untuk sarana promosi, bisa untuk promosi pariwisata maupun usaha atau bisnis komersial. [Kompas]

Related posts