Pangdam IM beri pengarahan kepada 170 siswa-siswi dari PT PIM dan PT PLN

Pangdam IM, Mayjen Luczisman Rudy Polandi memberikan pengarahan Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara kepada 170 siswa-siswi dari PT PIM dan PT PLN di Aula Rindam Iskandar Muda, Jumat (9/9). (Ist)

Aceh Besar (KANALACEH.COM) – Panglima Kodam Iskandar Muda (Pangdam IM), Mayjen Luczisman Rudy Polandi memberikan pengarahan Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara kepada 170 siswa-siswi dari PT PIM dan PT PLN di Aula Rindam Iskandar Muda, Jumat (9/9).

Dalam kesempatan tersebut, Rudy Polandi membahas tentang makna dari Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara. Menurutnya, Wawasan Kebangsaan memiliki peran yang vital untuk mewujudkan keutuhan bangsa, dalam rasa cinta tanah air dan penghargaan terhadap bangsa dan negara.

“Pudarnya rasa nasionalisme ini diakibatkan pemahaman dan kepedulian masyarakat akan Wawasan Kebangsaan semakin minim. Apalagi dalam kondisi saat ini, banyak masyarakat Indonesia terutama generasi muda tak paham lagi tentang pilar kehidupan berbangsa dan bernegara. Akibatnya, timbul permasalahan kebangsaan di negeri ini,” ujarnya.

Ia mencontohkan, seperti tawuran antar pelajar, pengrusakan sarana umum di jalanan, pelajar yang mengeroyok pekerja pers, pemboman di rumah ibadah, perselisihan antar kelompok masyarakat, antar golongan, antar agama, dan antar etnis, dan banyak lagi permasalahan bangsa ini yang tak mampu sadar dengan sendirinya.

Selain materi Wawasan Kebangsaan, Rudy Polandi juga memberikan materi Bela Negara sebagai modal dasar para generasi muda untuk membantu menjaga keutuhan wilayah NKRI.
“Landasan hukum yang mengatur tentang Bela Negara yaitu tercantum dalam UUD 1945 Bab X Pasal 27 Ayat (3) yang berbunyi bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya Bela Negara,” imbuhnya.

Lanjutnya, semua komponen masyarakat harus bertanggung jawab dalam melakukan pemasyarakatan Wawasan Kebangsaan dengan cara sendiri, misalnya melalui media massa (cetak maupun elektronik) dan pemberian pendidikan Wawasan Kebangsaan (lokakarya, seminar, dan lainnya).

“Diharapkan tidak saja aplikasi yang dialogis tetapi harus dapat dilaksanakan dengan praktek yang sebenarnya sehingga para generasi dapat memahami dan mengerti apa yang harus dilakukan,” tegasnya. [Aidil/rel]

Related posts