Sepanjang 2016 ada 187 titik api di KEL

Konferensi pers Haka. (Kanal Aceh/Randi)

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) dan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (Haka) mencatat, sepanjang tahun 2016 ada sekira 187 titik api di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) yang mengakibatkan seluas 4.097 hektare hutan Aceh hilang.

Hal itu dikatakan oleh direktur konservasi YEL, Ian Singleton dalam konferensi pers mengenai temuan data kerusakan hutan dan titik api di Aceh. Kegiatan ini diadakan di sebuah warung kopi di Banda Aceh, Rabu (28/9).

“Selain kehilangan kawasan hutan, pada Januari-Juni 2016 terpantau 187 titik api. Terbanyak di Aceh timur, Gayo Lues dan Aceh Selatan,” katanya.

Ia menyebutkan, adapun titik api yang terpantau di Aceh timur sebanyak 56 titik, kemudian di Kabupaten Gayo Lues 31 titik api dan di Aceh Selatan 30 titik api dan sebagian kabupaten/kota lainnya antara satu hingga 21 titik.

Sedangkan hutan produksi, kata Ian, kehilangan kawasan hutan terbanyak terjadi di Aceh timur mencapai 927 hektare. Sementara hutan lindung dengan kehilangan kawasan hutan terbesar terdapat di Gayo Lues sebanyak 184 hektare.

Menurutnya, kondisi tersebut tidak juga dialami kawasan hutan rawa gambut Tripa. Hutan rawa Tripa terus menyusut akibat pembukaan perkebunan sawit, pembakaran lahan dan aktivitas ilegal lainnya.

Diketahui, hutan rawa tripa itu memiliki kepadatan orangutan terbanyak di dunia, hingga delapan individu perkilometer bujur sangkar. “Akibat aktivitas ilegal di kawasan itu keanekaragaman hayati musnah total. Hampir tidak ada satu pun yang hidup setelah kawasan itu dijadikan perkebunan sawit,” ujarnya.

Ia menambahkan, kerusakan kawasan itu masih terus berlanjut. Sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk mengatasi bencana akibat kerusakan hutan tidak sebanding dengan yang diterima dari pendapatan perkebunan sawit dan praktik ilegal lainnya. [Randi]

Related posts