Di Negara ini, setiap tujuh detik ada satu gadis menikah

ilustrasi. (thevoiceofnation.com)

London (KANALACEH.COM) – Dalam setiap tujuh detik, setidaknya ada satu gadis cilik berusia di bawah 15 tahun menikah dengan pria yang jauh lebih tua darinya di sejumlah negara di dunia.

Kelompok pegiat hak anak, Save the Children, merilis informasi tersebut pada Selasa (11/10) bertepatakan dengan International Day of the Girl.

Gadis-gadis cilik termuda, yang menikah dengan pria berusia jauh lebih tua dari mereka, adalah berusia 10 tahun. Kasus ini banyak terjadi di Afganistan, Yaman, India, dan Somalia.

Pernikahan dini tidak hanya merampas hak anak-anak perempuan itu untuk bersekolah, tetapi jgua beresiko tinggi menghadapi kematian atau cedera saat hendak melahirkan.

Resiko besar itu bisa terjadi karena secara fisik anak-anak di bawah 15 tahun sebenarnya belum siap untuk melahirkan seperti yang dihadapi perempuan lebih tua atau cukup umur.

Perkawinan anak menciptakan siklus panjang masalah karena gadis-gadis cilik itu mulai kehilangan hak-hak dasarnya, termasuk hak untuk belajar di sekolah dasar.

CEO Save the Children Internasional, Helle Thorning-Schmidt, menyatakan keprihatinannya atas kondisi buruk yang dialami gadis-gadis cilik tersebut.

“Gadis-gadis yang menikah terlalu dini sering tidak dapat bersekolah, lebih mungkin untuk menghadapi kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan, dan pemerkosaan. Mereka rawan terkena IMS, termasuk HIV,” kata Helle Thorning-Schmidt.

Kelompok Save the Children memeringkat sejumlah negara dari yang terbaik hingga terburuk dalam perlakuan terhadap anak gadis.

Pemeringkat dilakukan berdasarkan kasus pernikahan anak, kondisi tidak bersekolah, kehamilan remaja, kematian ibu, dan jumlah anggota parlemen perempuan. Niger, Chad, Republik Afrika Tengah, Mali, dan Somalia berada di peringkat terbawa.

Para peneliti mengatakan, konflik, kemiskinan, dan krisis kemanusiaan adalah faktor utama yang memaksa gadis-gadis itu melakukan pernikahan di bawah umur. Menurut Save the Children, penutupan sekolah menyusul wabah Ebola telah menyebabkan sekitar 14.000 kehamilan remaja di Sierra Leone.

Lembaga amal global anak itu menyebut Sahar, seorang gadis pengungsi Suriah berusia 14 tahun di Lebanon, sebagai contoh kasus.

Sahar menikah dengan seorang pria berusia di atas 20 tahun ketika ia sendiri masih berusia 13 tahun. Ketika berita ini diturunkan, Sahar sedang hamil dua bulan.

“Pada hari pernikahan, saya membayangkan itu akan menjadi hari besar tapi itu tidak. Itu semua penderitaan dan kesedihan,” kata Sahar sebagaimana disampaikan Save the Children.

“Saya merasa benar-benar diberkati bahwa saya mengandung bayi. Tapi saya hanyalah seorang anak yang akan membesarkan anak,” ujar Sahar.

Badan dana anak-anak PBB (UNICEF) memperkirakan,  jumlah perempuan yang menikah ketika masih di bawah umur bakal meningkat dari 700 juta orang saat ini menjadi sekitar 950 juta pada tahun 2030.

Save the Children melaporkan bertepatan dengan International Day of the Girl yang jatuh pada Selasa ini, setelah ditetapkan oleh PBB pada tahun 2011 untuk mengakui hak-hak 1,1 miliar gadis di seluruh dunia dan tantangan yang mereka hadapi. [Kompas]

 

Related posts