Anak-anak terlalu banyak dapat PR, orangtua murid protes

Ilustrasi murid kerjakan PR. (okezone)

Madrid (KANALACEH.COM) – Ribuan orangtua murid di Spanyol berencana untuk menggelar unjuk rasa untuk menentang jumlah pekerjaan rumah yang terlalu banyak bagi anak-anak di sekolah-sekolah pemerintah.

Asosiasi Orangtua Murid Spanyol (CEAPA) mendorong para orangtua untuk berpartisipasi dalam unjuk rasa menentang pekerjaan rumah akhir pekan sepanjang November ini.

Presiden CEAPA Jose Luis Pazos mengatakan, jumlah pekerjaan rumah yang terlalu panjang untuk akhir pekan memberikan dampak merusak bagi anak-anak.

CEAPA memiliki anggota di 12.000 sekolah negeri di seluruh Spanyol dan pemboikotan ini nampaknya akan memengaruhi para siswa SD dan SMP di negeri itu.

Sebuah studi yang dilakukan Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) pada 2012 menemukan para remaja Spanyol menghabiskan waktu 6,5 jam sepekan untuk mengerjakan PR.

Sementara di 38 negara lainny di dunia, anak-anak hanya membutuhkan 4,5 jam setiap pekan untuk mengerjakan pekerjaan rumah.

Para orangtua di Spanyol sudah lama mengkritik jumlah pekerjaan rumah bagi anak-anak yang dianggap terlalu banyak dan membebani kesehatan mental mereka.

“Kami merasa negara ini sudah kehilangan akal sehatnya saat berbicara soal pendidikan. Kini sistem pendidikan membuat waktu luang anak-anak hilang,” kata Pazos kepada stasiun radioa Onda Cero.

“Sekolah memberikan banyak pekerjaan rumah kepada para keluarga padahal seharusnya tidak seperti itu. Mereka menjadikan kami guru kedua dan membebani anak-anak dengan 60 jam pekerjaan sekolah sepekan,” tambah dia.

“Semua dimulai saat anak-anak berusia 3-6 tahun mengerjakan pekerjaan rumah selama setengah jam setiap hari. Bagi kami ini adalah hal yang tak bisa diterima,” lanjut Pazos.

Siswa sekolah di Spanyol memulai hari mereka pada pukul 08.00 lalu istirahat makan siang yang panjang dan pulang sekolah pukul 17.00 setiap hari.

Namun, di banyak daerah, beberapa sekolah memilih mengakhiri kegiatan belajar mengajar pada pukul 14.00 dan memberi anak-anak banyak pekerjaan rumah untuk memangkas biaya.

Dalam penelitian OECD PISA terbaru yang mengupas kompetensi pendidikan mulai 2013, Spanyol berada di peringkat 31 negara-negara dengan para remaja dengan kemampuan matematika dan membaca terbaik.

Pazos mengatakan, kondisi ini diakibatkan Spanyol masih mengadopsi teknik pengajaran tradisional yang lebih menekankan kemampuan menghapal ketimbang beradaptasi dengan cara mengajar yang baru.

“Seharusnya kita bukan mengajarkan cara menghapal kepada anak-anak tetapi cara mengatur informasi, menjadi kritis, memilih hal yang bermanfaat dan tidak,” ujar Pazos.

“Dunia berubah sangat cepat dan dalam, tetapi perilaku di dalam ruang kelas sama sekali tak berubah,” dia menegaskan. [Kompas]

Related posts