Jakarta (KANALACEH.COM) — Densus 88 menangkap dua terduga teroris yang masih berkaitan dengan penangkapan pelaku di Majalengka berinisial RPW beberapa waktu lalu.
Para pelaku mengincar Gedung DPR, Mabes Polri, Kedutaan Besar Myanmar, dan beberapa kantor stasiun televisi untuk diledakkan.
Pada Sabtu (26/11), petugas menangkap tersangka atas nama Bahrain Agam di Kecamatan Sawang, Kabupaten Aceh Utara.
“Peran yang bersangkutan memberi uang Rp 7 juta dan ide pembuatan bom dan ikut pembelian bahan peledak,” ujar Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Boy Rafli Amar, Minggu (27/11).
Kemudian, siang ini Densus 88 kembali menangkap satu pelaku bernama Saiful Bahri alias Abu Syifa di Serang, Banten.
Peran Saiful yakni membantu RPW dalam pembuatan bahan peledak high explosive untuk kegiatan teror itu.
Boy mengatakan, ketiganya tergabung dalam kelompok Jamaah Ansharut Daulah yang berbaiat kepada ISIS.
“Kedua tersangka tersebut masih dalam pemeriksaan secara intensif,” kata Boy.
Sebelumnya, pelaku RPW yang lebih dulu tertangkap disebut ahli dalam meracik bahan kimia. Bahkan, ada laboratorium sederhana di rumahnya yang digunakan untuk membuat bahan peledak berdaya ledak tinggi.
Padahal, ia hanya menggunakan bahan-bahan kimia sederhana, seperti asam nitrat, asam sulfat, air raksa, dan pupuk urea.
“Tinggal dikombinasikan dengan ditambah booster dan paku bisa menciptakan bom yang dahsyat,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Kombes Rikwanto.
Bom kimia yang diracik RPW ledakannya diperkirakan bisa dua kali lebih besar daripada bom Bali 2005 silam.
Rikwanto mengatakan, rencananya, kelompok tersebut akan melakukan aksinya pada 2016. RPW dan jaringannya sengaja menyasar tempat-tempat berpengaruh di Indonesia agar aksinya menjadi sorotan.
“Seperti bom Thamrin kemarin, mereka menyasar keramaian, mereka berani meledakkan dan berani mati itu gemanya mendunia. Jadi ada efeknya,” kata Rikwanto.
Pembuatan bahan peledak itu dilakukan berdasarkan pesanan dari anggota kelompoknya sendiri. RPW merupakan anggota kelompok teroris yang dipimpin oleh Bahrun Naim.
Pemesan tersebar dari Pulau Jawa, Sumatera, hingga Nusa Tenggara. [Kompas]