CIA rilis detik-detik jelang terbitnya Supersemar

Supersemar-ANRI. (Merdeka/Arbi Sumandoyo)

(KANALACEH.COM) – Situasi di Indonesia pasca-Gerakan Tiga Puluh September atau dikenal dengan nama Gestapu terus disorot Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA). Lembaga ini terus memantau pergolakan yang terjadi, serta tindakan pemerintah maupun militer dalam menghadapi percobaan kudeta.

Sebelumnya, CIA juga sempat mengungkap nasib terakhir Ketua Central Comitte Partai Komunis Indonesia (CC PKI) Dipa Nusantara Aidit. Usai tewas di tangan militer, pergolakan masih terjadi di Indonesia, sejumlah mahasiswa terus mendesak Soekarno agar membubarkan PKI.

Berikut detik-detik terbitnya Supersemar dalam laporan CIA pada 12 April 1966:

3 Maret – Menghadapi aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa di ibu kota, Soekarno memerintahkan penutupan Universitas Indonesia di Djakarta.

8 Maret – Mahasiswa Indonesia, makin intensif menyuarakan antipemerintah, mengambil alih dan menjarah Kementerian Luar Negeri.

8 Maret – Barisan muda kekirian menyerang Kedutaan Besar AS dalam jumlah kecil.

10 Maret – Usai bertemu dengan Soekarno, para pemimpin partai politik mengeluarkan dukungan terhadap presiden dan mengecam demo antipemerintah.

11-12 Maret – Di tengah pertemuannya dengan kabinet baru, Soekarno, bersama Menteri Luar Negeri Soebandrio meninggalkan Istana Bogor. Berhadapan dengan ultimatum dari Angkatan Darat, Soekarno menandatangani secara de facto kekuasaannya kepada Jenderal Soeharto. Saat itu juga Soeharto mengumumkan ‘perintah’ Presiden Soekarno secara resmi membubarkan Partai Komunis.

16 Maret – Pada pengumuman resmi pemerintah, Soekarno, berupaya mengambil kembali kekuasaannya dari tangan Soeharto, menegaskan perintahnya atas Soeharto atas kesalahpahamannya dan bertekat membentuk komposisi Kabinetnya. Dalam pernyataan berbeda, Soeharto setuju tidak mengurangi kekuasaan presiden.

18 Maret – Untuk menegaskan anggapan atas kekuasaan, angkatan darat menahan 15 menteri golongan kiri, termasuk target utama mereka Menteri Luar Negeri Soebandrio, dan mengganti mereka dengan golongan moderat. Pimpinan angkatan darat dan sekutu sipil mereka memulai diskusi soal formasi kabinet baru.

23 Maret – Soekarno secara mendadak muncul dalam resepsi diplomatik untuk memperbaiki prasangka buruk terhadap dirinya.

27 Maret – Kabinet baru yang moderat diumumkan, didominasi Jenderal Soeharto; Sultan Yogyakarta, diangkat menjadi menteri ekonomi; dan menteri luar negeri baru Adam Malik. Jenderal Nasution kembali ke pemerintahan dengan jabatan setingkat menteri sebagai deputi komandan tertinggi KOGAM, komando ‘ganyang Malaysia’. Soekarno menempati posisinya kembali sebagai presiden dan perdana menteri.

4 April – Menteri Luar Negeri Malik dan Sultan Yogyakarta mengumumkan pernyataan kepada publik mengenai kebijakan yang lebih moderat terkait hubungan luar negeri dan ekonomi. Malik menyatakan akan mengembalikan keanggotaan Indonesia di PBB serta menghentikan tiga tahun konfrontasi dengan Malaysia. Menggarisbawahi program stabilisasi ekonomi yang jatuh.

10 April – Pemerintahan baru diumumkan yang bertujuan untuk memberikan pengakuan pada Singapura dan menegaskan permusuhan terhadap Malaysia.

Supersemar alias Surat Perintah Sebelas Maret itu merupakan legistimasi Soeharto untuk menjalankan kekuasaan atas nama presiden. Salah satunya adalah mengatasi serangkaian demonstrasi menolak pemerintah, namun digunakan Soeharto untuk membubarkan PKI.

Perintah itu berisi tiga hal, yakni:

1. Mengambil segala tindakan yang dianggap perlu, untuk terjaminnya keamanan dan ketenangan serta kestabilan jalannya Pemerintahan dan jalannya Revolusi, serta menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Pimpinan Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar revolusi/mandataris MPRS demi untuk keutuhan Bangsa dan Negara Republik Indonesia, dan melaksanakan dengan pasti segala ajaran Pemimpin Besar Revolusi.

2. Mengadakan koordinasi pelaksanaan perintah dengan Panglima-Panglima Angkatan-Angkatan lain dengan sebaik-baiknya.

3. Supaya melaporkan segala sesuatu yang bersangkut-paut dalam tugas dan tanggung-jawabnya seperti tersebut diatas.

Namun, terbitnya Supersemar tersebut membuat kekuasaan soekarno pelan-pelan mulai tenggelam. Hanya saja, isi dari naskah tersebut masih diragukan, sebab yang beredar selama ini diduga palsu.

Sejarawan Anhar Gonggong meyakini naskah Supersemar asli disimpan oleh Soeharto. Menurut Anhar, Supersemar adalah hal yang sangat penting bagi terciptanya kekuasaan Soeharto. Tentu Soeharto tak akan merelakan jika hal itu dipegang oleh orang lain.

“Melihat Soeharto yang sangat mempercayai mistis, masak dia menyerahkan surat itu pada orang lain? Pasti dia simpan itu sendiri. Supersemar kan merupakan hal yang melegitimasi kekuasaannya. Soeharto tak akan serahkan pada orang lain,” kata Anhar Gonggong, dilansir dari merdeka.com, Sabtu (21/1). [Merdeka]

Related posts