Cakupan obat di Aceh langka, diduga ada permainan distributor

Bisnis Manager PT Kimia Farma Aceh Cahyo Dwi Agung dan Ketua partai DPD PDI-P Aceh, Karimun Usman saat menggelar jumpa pers. (ist)

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Belakangan ini, sejumlah daerah di Aceh mengalami kelangkaan obat. Diduga, ada oknum distributor yang mempermainkan peredaran obat di Aceh.

Kelangkaan ini bisa dipastikan akan berpengaruh terhadap jaminan kesehatan plus yang diusung oleh Irwandi-Nova, karena terkendala pasokan obat.

Menanggapi hal itu, Ketua DPD PDI Perjuangan Aceh, H Karimun Usman berang terkait kondisi tersebut. Ia langsung kerjun ke lapangan mengumpulkan informasi dan mencari faktor penyebab kelangkaan obat sekaligus mengantisipasi agar bisa segera dicari solusi, sehingga tidak mengganggu program kesehatan Irwandi Nova maupun program Nawacita Presiden Jokowi bidang kesehatan.

“Kami juga telah  memanggil pihak Kimia Farma, sebagai BUMN farmasi terbesar di Indonesia dalam penyediaan obat-obatan bagi masyarakat khususnya untuk wilayah Aceh,” ujar Karimun Usman kepada wartawan di Banda Aceh, Rabu (9/8).

Menurut Karimun, kasus kelangkaan obat ini tidak bisa dibiarkan berkelanjutan, apalgi di Aceh. Kata dia, jangan sampai kelangkaan obat ini mempengaruhi program Pemerintah Aceh kedepan melalui jaminan kesehatan Aceh (JKA).

Ia berpendapat, Kimia Farma sebagai BUMN, memiliki tanggung jawab besar terhadap penderitaan dan kesejahteraan rakyat. Ia juga akan sampaikan persoalan ini  ke Pemerintah Pusat dan  menteri terkait, seperti Menteri BUMN dan Menteri Kesehatan, agar masalah kelangkaan obat di Aceh bisa segera diatasi.

Sementara itu, Bisnis Manager PT Kimia Farma Aceh Cahyo Dwi Agung mengakui bahwa kelangkaan obatobatan ini sudah terjadi sejak pertengahan tahun lalu. Di pihak lain, kata dia, Kimia Farma tidak bisa leluasa menyebarkan obata-obatan karena cakupannya terbatas.

Untuk Aceh, lanjut Agung, baru sedikit Kabupaten/Kota yang tercapei atau telah berdiri Apotik Kimia Farma. Seperti  Langsa ada 2, Lhokseumawe 3, Sigli 1, Bireun 1, Meulaboh 1. Sedangkan Banda Aceh sebagai ibu kota provinsi sudah ada apotik sebanyak 12 apotik. Di wilayah Barat dan Selatan Aceh, baru dibangun di Meulaboh, Aceh Barat. Sedang daerah lain belum ada penambahan.

Kimia Farma Aceh, kata Cahyo Dwi Agung, sangat berkeinginan melakukan ekspansi distribusi obat di setiap daerah di Aceh. Keinginan tersebut akan dilakukan dalam rangka meningkatkan pelayanan sekaligus memenangkan persaingan dalam merebut pasar farmasi di daerah ini seiring diberlakukannya JKA Plus oleh pemerintah Aceh melalui Badan Penyelenggaraa Jaminan Sosial (BPJS) pada tahun mendatang.

Masalahnya, lanjut Agung, untuk melakukan ekspansi di seluruh kab/kota dan kecamatan potensial, tidak bisa dilakukan oleh Kimia Farma, tanpa campur tangan pihak pemerintah. “Bisa kita tambah apotik tetapi kami minta harus ada instruksi khusus dari pemerintah Aceh agar lebih mudah dalam perizinan,” kata Agung.

Menurutnya, saat ini Aceh sangat terbatas mengakses obat dan klinik obat-obatan. Aceh sangat terganggu jaringan layanan kesehatan. Namun kedepan, kata dia, dengan adanya izin dari pemerintah daerah terutama dari Gubernur Aceh, dipastikan kimia farma akan hadir di seluruh kabupaten. [Randi]

Related posts