Kesan Maulidar mengajar anak pemulung secara cuma-cuma

Kesan Maulidar mengajar anak pemulung secara cuma-cuma
Maulidar Yusuf pelopor Taman Edukasi Anak Cerdas bersalaman dengan anak-anak usai mengajar di kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Gampong Jawa, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh. Jumat (9/3) sore.(Kanal Aceh/Fahzian Aldevan)

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Tanggung jawab moral selama bertahun-tahun mengabdi tanpa pamrih sangat jarang ditemukan seorang pendidik saat ini. Namun tidak bagi Maulidar Yusuf.

Sejak tahun 2012, Maulidar sudah mengajarkan dan memberikan ilmunya secara cuma-cuma kepada anak-anak pemulung dengan membangun sebuah sekolah Taman Edukasi Anak Cerdas yang berada di kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Gampong Jawa, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh.

Tidak sedikit juga pengalaman dan kesannya bersama anak-anak yang butuh perhatian itu. Namun bagi Maulidar yang berkesan ialah disaat tumbuh kesadaran sendiri bagi mereka untuk mau belajar.

“Yang membuat berkesan dan bahagia selama mereka menjadi juara di sekolahnya masing-masing, ketika motivasi belajar mereka besar, ketika mereka lebih memilih mengikuti belajar bersama ketimbang bermain,” kata Maulidar saat dijumpai di TPA Gampong Jawa, Jumat (9/3) sore.

Anak-anak pemulung bersama orang tuanya di kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Gampong Jawa, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh, Jumat (9/3) sore. (Kanal Aceh/Fahzian Aldevan)

Meski begitu, sambungnya, perjuangan yang ia lakukan bersama relawan lain tidak selalu berbuah manis, walaupun setiap tahunnya anak-anak yang ingin belajar bertambah.

Bahkan sudah tercatat yang mengikuti belajar di Taman Edukasi Anak Cerdas mencapai 80 siswa, tapi ada sebagian berhenti begitu saja.

“Sebagian ada yang sekolah, sebagian memang putus sekolah. Namun ada juga yang selama tujuh tahun bersama kita dan akhirnya terputus juga dia tidak ingin belajar lagi,” katanya.

Berbicara dukungan, kata Maulidar, sejauh ini semua kalangan mendukung penuh atas apa yang dia lakukan termasuk orang tua dari mereka sendiri.

“Kalau untuk dukungan semua orang pasti mendukung karena ini bersifat sisi kemanusian artinya siapapun bisa membantu mereka. Bantuan buku juga datang dari berbagai komunitas yang membantunya,” pungkasnya. [Fahzian Aldevan]

Related posts