Pulau Banyak Barat Punya Spot Snorkeling yang Masih ‘Perawan’

Pulau Lamun. (Dani Randi)

Aceh Singkil (KANALACEH.COM) – Pulau Lamun di Kecamatan Pulau Banyak Barat, Aceh Singkil memang namanya belum setenar kebanyakan pulau tropis di Kepulauan Banyak. Tapi, di pulau ini banyak terdapat spot snorkeling yang masih perawan.

Ada sekitar tujuh spot snorkeling di sekeliling Pulau Lamun yang ditandai dengan tegaknya tower salah satu provider jaringan telphone ini. Tentunya karang-karang di lokasi itu indah dengan biota lautnya yang beraneka ragam.

Seperti bintang laut, kuda laut dan tripang yang masih terlihat jelas dengan mata telanjang, karena di spot snorkeling ini tidak terlalu dalam dengan air lautnya yang bening di tambah pasir halus bewarna putih. Sehingga dasar laut terlihat jika dari atas perahu.

Pulau Lamun di Kecamatan Pulau Banyak Barat, Aceh Singkil. (Foto: Dani Randi)

Pulau tak berpenghuni ini masuk dalam kawasan Kecamatan Pulau Banyak Barat. Warga mengaku pulau ini masih jarang dijamah oleh para wisatawan, paling hanya nelayan setempat yang melakukan aktivitas seperti memancing ikan.

Beberapa waktu lalu, kanalaceh.com mencoba untuk berkeliling pulau ini menggunakan perahu nelayan dan menemukan lokasi snorkeling yang masih alami. Jika pergi dari Desa Haloban, Pulau Banyak Barat, Aceh Singkil. Lokasi itu berada di depan, samping kiri dan belakang pulau ini. Jaraknya tak terlalu jauh dari bibir pantai.

Baca: Pulau ‘Spongebob’ di Aceh Singkil, Jarang Dijamah Wisatawan

Air lautnya juga cukup tenang, tidak terlalu bergelombang. Membuat penglihatan dapat menembus kedalaman tujuh sampai 15 meter. Mulai karang  jenis massive, branching dan tubular yang memiliki tekstur tebing dengan bermacam warna hingga karang-karang yang berbentuk otak dan mangkok lebar dapat dilihat dari kedalaman tersebut.

Dari bibir pantai ini, pengunung bisa melihat pemandangan matahari tenggelam. Salah seorang warga Desa Haloban, Mawan tak menampik bahwa Pulau Lamun masih sangat jarang dikunjungi wisatawan. Padahal, Potensi bawah laut pulau ini cukup bagus dan tak kalah dengan pulau lainnya.

Baca: Merawat Kampung Lamo Wisata Ziarah di Pulau Banyak Barat

“Jarang (dikunjungi). Mungkin karena jaraknya yang agak jauh dari Ibukota Kabupaten Aceh Singkil,” ujarnya beberapa waktu lalu.

Untuk menuju ketempat ini, pengunjung harus menaiki kapal kayu dari Aceh Singkil yang berada di pelabuhan nelayan ,di Desa Pulo Sarok dengan jarak tempuh sekitar 4 jam ke Desa Haloban, Kecamatan Pulau Banyak Barat dengan ongkos Rp 40 ribu.

Lalu dari Desa tersebut, untuk ke pulau ini tidak terlalu jauh hanya sekitar 30 menit, anda bisa menyewa perahu nelayan atau perahu yang khusus mengantarkan wisatawan dari desa itu menuju Pulau-Pulau.

Namun, transportasi ke Kecamatan Pulau Banyak Barat dari Aceh Singkil belum sepenuhnya selalu ada setiap hari. Minimal, kapal kayu penyebrangan ke tempat ini hanya ada 3 sampai 4 kali dalam seminggu.

Karena jarang dikunjungi, pulau ini masih belum memiliki cottage/bungalow apalagi listrik. Tapi anda tak perlu khawatir, di Desa Haloban masih banyak homestay dan penginapan yang bisa anda gunakan untuk beristirahat, dan pengunjung juga bisa berbaur dengan masyrakat disana yang cukup ramah dengan wisatawan.

Jika bosan berada di pulau itu, anda juga bisa berkunjung ke pulau tropis lainnya yang berada di Kecamatan Pulau Banyak Barat seperti Pulau Tailana, Rago-rago dan pulau-pulau lainnya yang burukuran kecil dan tak berpenghuni. [Randi]

 

View this post on Instagram

 

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Kehidupan masyarakat Tionghoa di Banda Aceh, Aceh, sudah sejak lama, bahkan mereka sudah ada pada masa kerajaan Sultan Iskandar Muda memimpin Aceh. Menurut sejarah, hubungan antara Aceh dan China terjalin sejak abad ke-17 Masehi. Saat itu para pedagang dari China silih berganti datang ke Aceh. Mereka ada pedagang musiman, ada juga yang permanen. Mereka tinggal di perkampungan China di ujung kota dekat pelabuhan. Rumah mereka berdekatan satu sama lainnya. Lokasi yang dulu digunakan etnis China sebagai tempat menurunkan barang sebelum didistribusikan kini dikenal dengan nama Peunayong. Ads Peunayong disebut juga sebagai Cina Townnya Aceh. Dilokasi ini berdiri empat Vihara, yaitu Vihara Dharma Bhakti, Maitri, Dwi Samudera dan Vihara Sakyamuni. Diantara itu, Vihara Dharma Bhakti merupakan yang tertua. Vihara Dharma Bhakti yang bercat putih ini masih berdiri kokoh diantara pertokoan di Jalan T Panglima Polem, Banda Aceh. Dua patung naga ditaruh diatas atap depan. Dan dibelakang bangunan ini terdapat pusat studi bagi mereka yang berethnis Tionghoa. Ketua Vihara Dharma Bhakti Yuswar menyebutkan, Vihara ini sudah ada sejak Tahun 1878. Dulu letaknya bukan di Peunayong, melainkan di pesisir Pantai Cermin, Ulee Lheue Banda Aceh. “Vihara sudah ada di Pantai Cermin di Ulee Lheue, jadi itu dari tahun 1878 sudah ada vihara itu, baru dipindah ke Peunayong,” kata Yuswar saat ditemui di Vihara Dharma Bhakti, Selasa (5/2). Namun, karena alasan keamanan Vihara Dharma Bhakti ini dipindah ke Peunayong, karena lokasi pertamanya dibangun tidak aman karena perang dunia sedang berkecamuk. Dan Vihara ini hancur terkena bom oleh sekutu. Sehingga Vihara Dharma Bhakti dipindahkan ke Peunayong pada Tahun 1936. “Pada tahun 1936 dipindah ke Peunayong agar lebih aman, karena waktu itu perang dunia kedua sedang berlangsung,” sebutnya. Selengkapnya di www.kanalaceh.com #acehbarat #aceh #acehgayo #acehtenggara #acehtimur #acehbesar #acehutara_lhokseumawe #acehsingkil #acehselatan #acehtamiang #abdya #bna #peunayong #napaktilas #vihara #cina #imlek #perangdunia #viharadharmabakti #tionghoa

A post shared by Kanal Aceh (@kanalacehcom) on

Related posts